Manusia dalam pengertingan sosiologi memiliki makna ganda. Mereka bisa diartikan sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Namun, mayoritas lebih suka memaknai ini sebagai makhluk sosial saja.
Pernyataan tersebut membuat Emile Durkheim, sosiolog asal Prancis tertarik untuk mengkajinya. Dalam salah satu idenya, ia menyebutkan tentang hakikat yang dimiliki manusia. Ia menyebut bahwa manusia adalah Homo Duplex.
Homo Duplex adalah manusia dengan dualitas makna, yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam buku berjudul Teori Sosiologi karya George Ritzer, ia menyebutkan bahwa manusia dapat diartikan individu ketika mereka memiliki kesadaran terhadap dirinya sendiri. Manusia tidak dapat memepaskan dirinya sendiri, seperti jiwa yang selalu bersama raga kecuali dalam keadaan mati.
Sedangkan, manusia diartikan sebagai makhluk sosial ketika mereka mengirim masyarakat ke dalam diri mereka. Maksudnya, kesadaran mereka datang dari masyarakat bukan dalam dirinya. Hal ini menjadikan manusia memiliki sifat kolektif dan impersonal. Sehingga sifat itu mengarahkan manusia untuk mencapai tujuan bersama dengan orang lain.
Pernyataan tersebut saat ini menjadi pincang. Masyarakat lebih mengamini bahwasannya manusia adalah makhluk sosial, bukan makhluk individu. Inilah yang menyebabkan perselisihan dalam masyarakat.
Mayoritas masyarakat acap kali menghakimi makhluk individu lantaran mereka egois. Padahal, Durkheim dalam buku Teori Sosiologinya Ritzer mengungkapkan bahwa egois dan individu adalah suatu hal yang berbeda. Egois lebih kepada sifat yang berlebihan terhadap kontrol diri. Sedangkan individu lebih kepada kesadaran terhadap diri sendiri. Sehingga kedua sifat ini tidak bisa diartikan sama.
Sebagai makhluk individu, manusia memiliki kebutuhan nonsosial yang harus dipenuhi. Mereka memiliki kebebasan untuk berpikir, berargumen, menentukan hidupnya, dan sebagainya. Selain itu dengan memahami diri sendiri, manusia dapat menjadikan dirinya lebih hidup.
Di sisi lain perihal menjadi makhluk sosial, mayoritas masyarakat lebih mengagung-agungkannya. Padahal tidak semua hal yang berbau sosial itu harus diamini dalam bermasyarakat. Mereka juga perlu menjaga diri agar tidak mengalir bersama arus.
Tidak bermaksud mengarahkan pemikiran pembaca untuk menjadi makhluk individu. Tetapi penting untuk sekedar tahu bahwa manusia memiliki dualitas hakikat. Perlu diketahui juga bahwa tidak semua makhluk sosial adalah orang yang hanya mampu mengikuti arus. Mereka butuh orang lain untuk kelangsungan hidupnya.
Pun halnya dengan makhluk individu. Mereka tidak bisa disebut egois apalagi diklaim sebagai makhluk yang tidak butuh orang lain. Selain itu, mereka tidak pantas untuk dituntut sebagai makhluk sosial karena mereka memiliki kebutuhan nonsosial.[]