Aku dulu dike­nal akan ham­paran kehi­jauan
Nan dike­nal akan ham­paran pepo­ho­nan
Men­jadikan seba­gai mata kebu­tuhan
Seme­nan­jung hati seti­ap insan
Tem­pat yang pent­ing dalam kehidu­pan ini

Lum­bung yang mem­beri sum­ber hidup ini
Hing­ga sayang dulu ter­har­gai
Bak jan­tung per­na­pasan bumi dan para penghu­ni
Namun, itu hanya iro­nis dahu­lu kala
Saat bumi dan alam ini masih baha­gia
Dan manu­sia di dalam­nya tidak seme­na-mena
Men­jadikan ia tak memi­li­ki rumah­nya
Ia tak diang­gap dan dihi­raukan lagi
Ter­buang dan terusir dari bumi per­ti­wi
Tak dipedu­likan dan dicari
Walau banyak musi­bah dan trage­di
Bukankah kita telah lupa dan melalaikan­nya
Tidakah kita sendiri yang tak men­ja­ga
Dan kita yang per­lu mem­be­nahinya
Sehing­ga ia tak kehi­lan­gan rumah­nya
Tak ada lagi api ben­cana
Dan kem­balinya lentera dunia
Ser­ta lem­bah kedama­ian dunia
Yang sela­ma ini telah hilang darinya