Bilik ruang pen­gap kau tem­pati seba­gai penyangsi atas keti­dak­ber­dayaan jasad
Memangku pra-angga­pan manusia
Mer­ingkuk men­cari mok­sa diri dari kungkung budaya atas sebatang nilai berna­ma moral
Dalam cepak sang wak­tu kau dan aku men­jan­ji ketak­ber­hing­gaan keba­ha­giaan, kedukaan kecukupan
Menge­cap diri seba­gai sep­a­sang sayap elang yang haus mangsa
Mele­galkan sifat kebinatangan

Lalu kau dika­ta lacur
Tak pun­ya kori­dor batas atas lawan bicara­mu, cer­min-cer­min bisu
Semen­tara nilai-nilai duduk bersi­la bercokol di singgah­sana yang Maha
Ketabuan dirawat dan dipupuk men­ja­di batas, pembatas
Tidak ada negosi­asi, konsolidasi

Laku­mu jadi pincang
Durasi langkah­mu melam­bat seper­ti seekor kukang
Lalu kau nekad beran­jak kelu­ar dari kema­panan yang dikon­struk sedemikian detail
Semen­tara tak ada laku keberpihakanmu
Hing­ga kau uji kepa­haman­mu atas sebuah moral ini, moral itu

Kau gadis adalah sebatang lilin siap ter­bakar dan dibelikan sebuah kebaruan
Semen­tara aku hanya bias bayang yang kau jumpai pagi, siang menu­ju sen­ja sam­pai malam
Aku berani bertaruh nyawa atas kerentanan­mu meng­hadap pada cer­ca pada trav­es­ti para manu­sia atas nama nilai
Bah­wa ia menghen­da­ki lajang­mu terba­bat, ter­gadai, ter­cukup­kan, atas nama nilai

Lalu kau jen­gah tidak ser­ta menyerah
Dis­ingkaplah oleh Tuhan kemanu­sian sebuah jasa atas kedirian
Ia memangku pene­gasan hidup atas nama kemanu­si­aan men­gaw­i­ni kedirian
Dan meny­atu pada batas nir­wana berta­mu kepa­da sang pen­guasa, pemegang jasa.

Kau men­gaw­iniku kediri­an­mu men­jan­ji kerind­u­an akan has­rat kesatuan
Lalu kau bersua lewat petik dawai-dawai nadanya sum­bang jadi pengawal
Sem­pat kau lirik ketabuan sem­bari menyung­ging kel­e­gaan mem­intal tali-tali men­cari mak­na cin­ta pada diri
Lalu mema­datkan trav­es­ti yang bergelint­ing atas nama nilai.

Riz­ka Umami

Seo­rang Pen­ga­song ‘Sur­re­al’

Facebook