Per­sat­u­an Sopir Tulun­ga­gung (Per­so­ta) mere­flek­si World Clean Up Day (WCD) Indone­sia 2022 den­gan mengge­lar dua agen­da: Diskusi dan Non­ton Bareng (Nobar) pada Sab­tu, 17 Sep­tem­ber; ser­ta aksi bersih pan­tai dan brand audit sam­pah pada Ming­gu pagi, 18 Sep­tem­ber 2022 di Pan­tai Geran­gan, Desa Ngre­jo, Keca­matan Tang­gung­gu­nung, Kabu­pat­en Tulungagung.

Agen­da ini turut meli­batkan sebanyak 44 lebih lem­ba­ga dan lin­tas komu­ni­tas. “kami men­gun­dang selu­ruh teman-teman pegiat di Tulun­ga­gung, baik komu­ni­tas maupun per­oran­gan, dan juga dari instan­si terkait, baik BPBD kemu­di­an LH, dari kepolisian, camat dan Desa bertu­juan untuk mem­per­satukan para pegiat dan komu­ni­tas untuk berkegiatan bersama-sama secara berke­lan­ju­tan,” ujar Harun Ket­ua pelak­sana WCD.

Agen­da WCD kali ini dilakukan secara lin­ear dalam wak­tu 2 hari. Pada hari per­ta­ma, pani­tia men­gadakan nobar film “Pulau Plas­tik” dan diskusi bersama war­ga pesisir Pan­tai Geran­gan. Nobar terse­but dihadiri oleh beber­a­pa organ­isasi maupun lin­tas komu­ni­tas, ter­ma­suk war­ga setem­pat dan tim dari Eco­log­i­cal Obser­va­tion and Wet­land Con­ser­va­tion (Eco­ton). Harun pun mene­gaskan bah­wa pemu­taran film pulau plas­tik meru­pakan hal yang pent­ing untuk diadakan, guna mema­ha­mi bahaya beser­ta anca­man keber­adaan sam­pah plas­tik ter­hadap eko­sis­tem alam yang ada.

Dalam film pulau plas­tik sudah juga dije­laskan bagaimana par­tikel-par­tikel mikro plas­tik yang ditumpan­gi oleh par­tikel yang lain san­gat berba­haya bagi eko­sis­tem dan bio­ta laut yang ada. Lem­ba­ga Ilmu Penge­tahuan Indone­sia (LIPI) pun men­gakui bah­wa nan­ti kalo sam­pah plas­tik dib­iarkan seper­ti ini, ditahun 2050 lebih banyak mikro plas­tik dan itu san­gat mem­ba­hayakan kita semua,” ungkap Harun.

Selan­jut­nya, hari ke 2 per­ayaan WCD dim­u­lai den­gan ser­e­moni upacara ben­dera beser­ta beber­a­pa sambu­tan yang diberikan oleh tamu undan­gan. Selepas itu, sek­i­tar pukul 9 pagi, aksi bersih pan­tai dilak­sanakan. Para peser­ta dik­er­ahkan oleh koor­di­na­tor lapan­gan untuk melakukan peny­isir­an di sep­a­n­jang bibir Pan­tai Gerangan.

Sete­lah beber­a­pa sam­pah plas­tik berhasil dikumpulkan dan dile­takan di karung goni yang telah dise­di­akan oleh pani­tia, tim dari Eco­ton memi­lah dan men­gau­dit beber­a­pa merek sam­pah plas­tik. Brand audit dilakuka­nun­tuk menge­tahui besaran dari berba­gai pro­dusen yang berper­an dalam merusak eko­sis­tem air dalam ben­tuk kemasan sam­pah plastik.

Sete­lah melakukan brand audit, kita akan menge­tahui sia­pa sih si pro­dusen yang ada di sini. Keti­ka si pro­dusen ada di catatan kita, kita bisa menyam­paikan ini loh sam­pah­mu. Ini loh sam­pah tidak bisa teru­rai den­gan lingkun­gan. Maka dari pro­dusen harus  bertang­gung  jawab atas sam­pah­nya,” tutur Aziz salah satu tim dari Eco­ton.

Kare­na kita ngomong ten­tang Extend­ed Pro­duc­er Respon­si­bil­i­ty (EPR). Di Undang-undang Nomor 18 tahun 2008, Pro­dusen memi­li­ki kewa­jiban. Jadi si pro­dusen itu berke­wa­jiban untuk bertang­gung jawab atas kemasan pro­duk­si yang dihasilkan,” imbuh­nya.

Tim Eco­ton berharap jika para pro­dusen dap­at bertang­gung­jawab atas sam­pah plas­tik yang mere­ka pro­duk­si secara masal dan masif. Aziz juga menam­bahkan hara­pan tim Eco­ton adalah pro­dusen-pro­dusen itu bukan hanya sam­pah­nya saja, namun mere­ka juga hadir dan mem­beri dampak posi­tif bagi masyarakat sek­i­tar dan lingkun­gan di Kabu­pat­en Tulungagung.

Ada­pun Azka, salah satu pegiat lingkun­gan men­gapre­si­asi kegiatan terse­but, “saya salut den­gan agen­da ini, sebab ada banyak sam­pah yang sulit kami ambil, seper­ti sedotan, pegan­gan per­men, robekan kan­tung plas­tik, yang saya kira keti­ka ombak men­er­jang, sam­pah itu kem­bali ke laut dan boleh jadi ter­makan oleh ikan.”

Memil­ih Pan­tai Geran­gan seba­gai lokasi berlang­sungnya agen­da WCD, tam­paknya bukan tan­pa sebab. Agen­da ini dilak­sanakan dalam rang­ka mem­perkaya wawasan masyarakat per­i­hal bahayanya mikro plas­tik, ter­lebih pada wilayah pesisir Pan­tai Geran­gan yang rentan men­da­p­at kir­i­man sam­pah dari Ben­dun­gan Niyama. 

Kena­pa kita adakan di pan­tai geran­gan, itu tujuan kita untuk satu, adalah sosial­isasi sam­pah ke masyarakat, dari mana tim­bul sam­pah­nya, kemu­di­an pro­duk­si dari mana dan kemu­di­an terus bahaya sam­pah plas­tik sete­lah teru­rai men­ja­di mikro plas­tik,” tegas Harun. Agen­da terse­but tidak berakhir pada hari itu saja, sebab pada tang­gal 2 Okto­ber men­datang akan dilakukan aksi tanam pohon di lokasi yang sama, yakni Pan­tai Geran­gan, Desa Ngre­jo, Keca­matan Tang­gung­gu­nung, Kabu­pat­en Tulungagung.

Penulis: Danu
Reporter: Danu

Edi­tor : Nurul