Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kediri bersama Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) Dewan Kota (DK) Kediri, Tulungagung, dan Madiun mengadakan serangakaian kegiatan peringatan World Press Freedom Day (WPFD) 2023 yang meliputi; Klinik Jurnalistik, Panggung Kebebasan Berekspresi, dan Anugerah Pers Mahasiswa Lingkar Wilis (Apmalis) di Warung Setono gurih, kota Kediri pada Kamis, 18 Mei pukul 13.00–22.00 WIB.
Melansir dari Reporters Sans Frontieres (RSF), tahun ini Indonesia berada di peringkat 108 dari 180 negara dalam urusan kebebasan pers. Meskipun jumlah tersebut menurun dibanding peringkat tahun sebelumnya yakni; 117, angka tersebut masih tergolong pada situasi riskan. Melihat tantangan yang cukup berat, AJI Kediri menggunakan momentum peringatan WPFD ini untuk menguatkan kapasitas dan kompetensi pers mahasiswa agar siap menghadapi ancaman di masa mendatang.
“…Kami melihat tantangan kita semakin berat, kita harus menguatkan kompetensi dan kapasitas dari teman-teman pers mahasiswa ini, karena pers mahasiswa ini merupakan kawasan kami untuk menempa. Dan nantinya ketika mereka sudah bisa terjun ke pers nasional teman-teman persma sudah siap. Ini adalah akar perbaikannya maka harus dipupuk terlebih dahulu, di stimulus terlebih dahulu sehingga akarnya bisa sangat kuat dan akan menjadi bibit unggul untuk pers nasional, kami berpikiran seperti itu.“ Ujar Danu Sukendro selaku ketua AJI Kediri.
Ia juga mengatakan bahwa tujuan dari diselenggarakannya acara tersebut adalah untuk membuka ruang bagi persma dalam bentuk lomba atau penganugerahan produk jurnalistik. Bukan hanya itu, mereka juga mewadahi persma dengan sebuah klinik jurnalistik guna memberikan solusi yang terfokus pada investigasi reporting, konvergensi media, dan audio visual.
”Kami tidak hanya mengajangi temen-temen untuk memberikan penghargaan tapi juga memberikan solusi, ada klinik jurnalistik yang digelar mulai siang sampai dengan sore dengan tiga tema yang terkait hanya saja memang dispesifikasikan ke hal yang tersulit seperti investigasi reporting, konvergensi media, dan audio visual.” imbuhnya.
Dalam kegiatan ini AJl Kediri tidak hanya menggandeng persma, tetapi juga pegiat seni seperti teman-teman dari seni musik. Hal itu terjadi karena kebebasan pers tidak hanya ntuk para jumalis ataupun presma tetapi menyeluruh untuk semua elemen.
“Nah, untuk panggung kebebasan ekspresinya itu, di situ kan dari aji tidak hanya menggaet temen-temen persma, tetapi juga pegiat seni, kemudian dari temen-temen musik dan lain-lain. Karena kebebasan pers ini kan bukan hanya untuk temen-temen yg berprofesi sebagai jurnalis ataupun presma ya, tetapi untuk semua masyarakat, untuk semua elemen.” Ucap Inayah selaku salah satu panitia acara.
Penulis: Lulu
Reporter: Lulu, Saddam, Cindy
Editor: Vidya