“Iya merugikan. Yang sakit bukan peserta, tapi P/Ipnya yang sakit.” Ucap Pendamping beserta Instruktur pendamping (P/Ip) PBAK FTIK.
Kamis, 18/08/2023 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) gelar Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) di lapangan Voli UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. Acara yang berlangsung selama dua hari ini dimulai sejak pagi pukul 05.30 WIB hingga pukul 17.00 WIB untuk hari pertama. Sedangkan di hari kedua acara berlangsung lebih lama, yakni pukul 05.30 WIB hingga pukul 21.00 WIB.
Selama kegiatan PBAK FTIK, P/Ip merasa dirugikan karena ketidakjelasan terkait waktu konsumsi yang diterima. Mereka mengaku baru mendapatkan konsumsi nasi pada waktu ishoma. Padahal, P/Ip sendiri dituntut oleh panitia untuk bangun lebih pagi dan mulai persiapan check-in peserta pada pukul 05:30 WIB.
“Cukup kaget, karena saya juga menjadi pendamping di PBAK Universitas. Pagi itu awalnya diajak briefing terkait penyambutan mahasiswa FTIK, terus tadi pagi belum sarapan nasi, lalu kami nungguin kok belum ada sarapan, habis itu ya nungguin sampe kami demo gitu, terus disuruh sabar, gitu terus. Akhirnya dapet di waktu Maba istirahat, kami baru dapet konsumsi nasi.” Ungkap Malya (bukan nama sebenarnya) selaku pendamping.
Bahkan, salah satu mahasiswa baru, Mutia mengeluhkan kondisi pendamping yang tampak kurang bersemangat. “Pendamping pbak ftik, keliatan lemes-lemes hingga jarang berinteraktif dengan kami.” Jelas Mutia.
Berdasarkan keresahan yang dialami pendamping, Dema FTIK memberi tanggapan bahwa sudah menjadi rahasia umum jika konsumsi dari bendahara fakultas selalu telat.
“… kan tau sendiri ya FTIK itu bendaharanya kayak gimana, nah itu sudah rahasia umum kalau semisal konsumsi fakultas itu selalu telat dan kadang kala ga jelas.” Ujar Ramadhan Aufani selaku ketua umum Dema FTIK.
Menyikapi hal tersebut, Naufal selaku Co Sie Konsumsi turut bersimpatik terhadap pendamping. Akan tetapi dirinya mengaku tak bisa berbuat apa-apa.
“Namanya juga manusia pasti ada rasa manusiawi nya, ya kasihan mbak tapi ya gimana lagi. Posisi saya bukan bendahara fakultas. Jadi, saya ya tidak tau apalagi soal berapa anggarannya. Mau gimana-gimana ini jadi resikonya.”
Pihaknya juga mengaku bahwa problematika terkait konsumsi PBAK sebenarnya sudah diupayakan ke pihak fakultas, tapi malah berakibat kena pukul (red.cecar).
“Kemarin sudah kena pukul, aku tidak mau kena pukul lagi. Cukup sekali saja kalo kena pukul. Ya tidak apa apa kalau perihal telatnya konsumsi, masih bisa saya upayakan dengan memberi snack roti buat jaga-jaga.” Ungkap Naufal.
Sebelum itu, pendamping turut menjelaskan bahwa mereka tidak diberitahu terkait bagaimana konsep konsumsi semestinya (red. waktu). Pada evalusasi hari pertama PBAK FTIK, pendamping baru diberi sosialisasi oleh panitia terkait sarapan pagi yang hanya berupa roti.
“Sebelumnya, kami tidak dikasih tau kalo dapet nasinya itu pas kapan, harusnya dikasih tau,biar kami ga nunggu dan ga berharap.” Ujar pendamping lain yang enggan disebutkan namanya.
Bahkan, Naufal selaku koordinator Sie Konsumsi juga mengatakan bahwa dirinya tidak tahu menahu perihal konsep konsumsi yang sesungguhnya.“Ya sebetulnya saya juga gatau.”
Di hari kedua PBAK FTIK, panitia berkebijakan memperbolehkan pendamping untuk membeli sarapan nasi sendiri. Namun, di sisi lain pendamping resah karena tidak diperbolehkan kemana-mana, supaya tetap menjaga peserta PBAK FTIK. Keresahan tersebut diungkapkan oleh Wati (bukan nama sebenarnya).
“Sarapan nasi kita itu beli sendiri di kantin. Padahal katanya itu P/Ip itu tidak boleh kemana-mana. Alhasil beberapa P/Ip inisiatif gantian gitu, kak.” Jelas Wati.
Tidak hanya itu, Wati juga menceritakan jika dirinya sempat terkena maag lantaran keterlambatan konsumsi nasi. “Kemarin itu dampaknya maag saya naik terus asam lambung, terus banyak juga pendamping-pendamping itu banyak yang mengeluh kelaparan, banyak yang ke PMI juga, minta obat maag begitu, kak.” Tegasnya.
Putri, anggota KSR-PMI yang bertugas di PBAK FTIK membenarkan adanya laporan P/IP yang meminta obat maag saat dihubungi oleh kru Dimensi via WhatsApp.
Penulis: Afiya
Reporter: Gea, Ria
Redaktur: Danu