Tulungagung (20/4), Jurusan Ekonomi Syariah (ES) semester 4 Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEBI) untuk mata kuliah Komunikasi Bisnis akan mengadakan seminar. Sedianya seminar akan dilaksanakan pada tanggal 29 April 2017. Peserta seminar semua kelas semester 4 yang diampu oleh Siti Kalimah.
Dalam seminar ini, Kalim, sapaan akrab Siti Kalimah, mengajak HMJ untuk bekerjasama sebagai pelaksana kegiatan. Latip, selaku ketua HMJ ES membenarkan kerjasama tersebut. “Iya benar. Tapi disini kami hanya memfasilitasi masalah tempat, kursi dan meja”, ujarnya.
Kalim sendiri mewajibkan setiap mahasiswanya untuk mengikuti seminar. Nantinya seminar ini akan menjadi pengganti nilai Ujian AKhir mahasiswa. “Seminar ini akan menjadi tugas UAS untuk matkul Komunikasi Bisnis”, ujar Mawardi (bukan nama sebenarnya).
Banyak mahasiswa yang mengeluhkan pewajiban mengikuti seminar. Mereka beralasan, diawal kuliah hanya disampaikan oleh Kalim akan ada seminar untuk mata kuliah Komunikasi Bisnis, tetapi tidak diwajibkan.
Mawardi menjelaskan, “Diawal perkuliahan, bu Siti Kalimah pernah ngomongin terkait matkul Komunikasi Bisnis ada sebuah seminar. Seminar tersebut intinya tidak mewajibkan awalnya. Hanya pemberitahuan aja dikelas-kelas…bahwasanya mahasiswa itu penting mengikuti seminar-seminar. Karena beberapa pentingnya mahasiswa itu harus berdandan.”
“Diawal perkuliahan bu Kalim tidak mewajibkan, hanya yang berminat saja (ikut seminar, red). Hanya saja, semakin mendekati hari H jadi diwajibkan”, tambahnya kemudian.
Keberatan mahasiswa bagi yang mengikuti seminar ini harus menggenapi registrasi sebesar 70 ribu rupiah. “(Dengan registrasi tersebut, red) Fasilitas yang didapat oleh mahasiswa seminar antara lain, produk kecantikan untuk putri, untuk putra parfum, materi cara dandan, pemateri dari Jakarta, dan sertifikat”, ujar Mawardi.
Latip sendiri tidak mau ikut campur perihal diwajibkannya mengikuti Seminar. Dia mengatakan, “…perihal wajib dan tidaknya itu bukan hak kami. Disini kami cuma bantu memfasilitasi saja.”
Sejauh ini total 250 mahasiswa yang sudah terdaftar mengikuti seminar dari jumlah keseluruhan 400 mahasiswa yang diampu Kalim. Bagi yang tidak mengikuti seminar akan mendapat sangsi. Lewat tiap-tiap koordinator kelas, Kalim mengirimkan pesan terkait adanya sangsi bagi mahasiswa yang tidak megikuti seminar. Namun tidak menjelaskan sangsi seperti apa yang akan dimaksud.
Menjadi problem tersendiri ketika ada seminar yang diadakan kemudian mewajibkan mahasiswanya untuk mengikutinya. Apalagi, mereka harus membayar registrasi keikutsertaannya. Layak dikaji perkuliahan saat ini yang sudah memakai sistem Uang Kuliah Tunggal (UKT) dimana besaran biaya kuliah (BKT) dibayarkan oleh mahasiswa pada setiap semester.
Kalau mewajibkan seminar ini sebagai syarat UAS dalam perkuliahan, artinya bukankah biaya operasionalnya tercakup dalam UKT?. Seminar ini bukan satu-satunya seminar berbayar yang diwajibkan pada mahasiswa. Sudah jamak mata kuliah yang dosen pengampunya mewajibkan mahasiswanya untuk mengikuti seminar atau workshop berbayar. “Oleh karena diwajibkan, ini teman-teman ingin menggali ulang sistem UKT ini apakah sudah benar-benar berjalan atau bagaimana?”, ujar Mawardi
Sudah mengklarifikasikan hal ini kpd Dosen Pengampu ybs?
Informasi yg baik adalah informasi yg lengkap dan dapat dipercaya. Informasi tdk boleh sepotong-sepotong dan berpihak.
Saya rasa hal pewajiban kegiatan penunjang perkuliahan spt ini sdh umum terjadi di bbrp kampus, krn Dosen memiliki pertimbangan yg cukup bijak demi peningkatan kemampuan mahasiswanya, bukan sekedar teori tapi jg praktek.
Semua bisa didiskusikan dg hati yg lapang dan pikiran yg jernih.
Bukankah Nabi Muhammad SAW jg mencontohkan hal2 baik dlm menghadapi permasalahan dan mengajari kita utk menghormati para guru dan org yg lebih tua?
Jadi selama ini masih di proses beritanya ? Loh berita yang setengah-setengah kok sudah berani diposting ? Pembunuhan karakter ini namanya.
Mas fandi yang terhormat, pertama, anda tafsiri ulang deh judul tulisan di atas, siapa Subyeknya dan bagaimana isinya, dari perspektif siapa berita ini. Kedua, berita di atas dibuat model runningnews. Ketiga, tidak ada niatan untuk pembunuhan karakter.
Teruntuk esty, Memang nya sudah biasa untuk pewajiban?
Mohon di contohkan untuk daerah mana saja yg menerapkan sistim tersebut
Saya kok malah merasa lucu ya tentang pewajiban ini. di tambah lagi pewajiban seminar ini berbayar. Kalau pun memang ingin nya berbayar harusnya tidak di wajibkan.
Trus tentang dalil yg anda sebutkan di atas. bukan nya kamu tidak memiliki rasa hormat selaku mahasiswa kepada dosen pengampu matakuliah tersebut,
Akan tetapi sebuah tindakan yg tidak di benar kan ini ya harusnya ada sebuah kritik yg bersifat membangun
Bukan maksud untuk menjatuhkan
toh ini juga sebagai media
jika tidak seperti ini saya pun selaku mahasiswa juga tidak tahu tentang hal hal yg boleh di lakukan dosen dan tidak boleh di lakukan dosen .
Yah jika menurut anda pewajiban itu di benarkan dg harus membayar sebuah ilmu yg di bagikan harus nya
anda juga mengerti prinsip orang jawa
Ojo melirit karo kanca ne
Lek nduwe opo opo
yo lek enek di wenehi
lek enek yo ojo mekso kudu enek
Uwong kui opo enek e, ojo ngenek ngenek
Keren ya ini berita, tapi lebih kerennya lagi ngeliat esti😂
maksud nya apa coba? 😂
Wajar ya dia bilang?
Wajar tuk carik proyekan kah ato begemana? ato jgn2 memang itu orang yg ada di balik semua ini😅. semoga saja tidak
Ini beneran beritanya?
Kok ada dosen kek g7?
Teruntuk Mas Harun, Mbak Niaaa dan Mas Kaji serta Mas/Mbak Admin yang terhormat.
Mari kita menyamakan persepsi tentang hal-hal yang menjadi polemik dalam pemberitaan ini. Sudah taukah Mas/Mbak tentang peruntukkan atau pengalokasian dana UKT? Sudah taukah Mas/Mbak tentang KKNI yang diterapkan di dunia pendidikan? Sudah taukah Mas/Mbak tentang bagaimana cara dunia pendidikan beserta civitas akademika berusaha mengaplikasikan KKNI dalam kurikulumnya?
Mari kita bersama-sama keluar dari zona nyaman kita masing-masing, sehingga kita bisa melihat hal-hal yang terjadi di luar kenyamanan kita serta pergeseran yang mempengaruhi lingkungan di luar zona kita, yang pada akhirnya kita tidak seperti katak dalam tempurung.
Dalam permasalahan ini, alangkah baiknya jika kita bisa melihat permasalahan ini dari dua sisi. Saya menginginkan informasi yang lebih lengkap terkait dengan pemberitaan ini, tentang apakah informasi telah dibuat secara berimbang, tidak ada pencampuran antara fakta dan opini, atau bahkan berita ini disiarkan tidak berdasarkan prasangka dan diskriminasi kepada seseorang. Hal ini dikarenakan saya memandang bahwa informasi ini masih belum lengkap untuk dijadikan pemberitaan. Alangkah bijaksananya jika admin (diwakilkan oleh sang penulis) melakukan konfirmasi lebih lanjut terhadap pihak-pihak yang terkait, dimana usulan konfirmasi saya terdahulu direspon oleh admin untuk menunggu pemberitaan selanjutnya ( janji admin pertama pada saat saya memberikan komentar, namun sayangnya tulisan janji admin tersebut sudah tidak nampak lagi di laman ini dan saya tidak tahu mengapa demikian).
Saya berharap pemberitaan ini jangan sampai menyakiti atau menuduhkan hal-hal yang kurang tepat (berprasangka kurang baik) pada salah satu pihak atau bahkan mengarah pada framing terhadap sesuatu. Informasi yang sepihak tidak bisa kita jadikan generalisasi permasalahan. Oleh karena itu diperlukan adanya konfirmasi dari pihak lain, informan atau bahkan saksi yang independen. Apalagi mengingat bahwa kegiatan ini telah berlangsung, mengapa belum ada tindakan nyata dari admin (diwakilkan oleh sang penulis) terhadap penjernihan masalah ini? Apakah ada upaya lain yang dilakukan oleh admin (penulis) untuk mengklarifikasikan atau mendinginkan permasalahan ini?
Demikian hal yang dapat saya sampaikan, saya sangat menantikan realisasi janji admin sehingga pemberitaan ini menjadi jelas kebenarannya dan memberikan kebaikan bagi kita bersama.
Terima kasih.
Teruntuk Mas Harun, Mbak Niaaa dan Mas Kaji serta Mas/Mbak Admin yang terhormat.
Mari kita menyamakan persepsi tentang hal-hal yang menjadi polemik dalam pemberitaan ini. Sudah taukah Mas/Mbak tentang peruntukkan atau pengalokasian dana UKT? Sudah taukah Mas/Mbak tentang KKNI yang diterapkan di dunia pendidikan? Sudah taukah Mas/Mbak tentang bagaimana cara dunia pendidikan beserta civitas akademika berusaha mengaplikasikan KKNI dalam kurikulumnya?
Mari kita bersama-sama keluar dari zona nyaman kita masing-masing, sehingga kita bisa melihat hal-hal yang terjadi di luar kenyamanan kita serta pergeseran yang mempengaruhi lingkungan di luar zona kita, yang pada akhirnya kita tidak seperti katak dalam tempurung.
Dalam permasalahan ini, alangkah baiknya jika kita bisa melihat permasalahan ini dari dua sisi. Saya menginginkan informasi yang lebih lengkap terkait dengan pemberitaan ini, tentang apakah informasi telah dibuat secara berimbang, tidak ada pencampuran antara fakta dan opini, atau bahkan berita ini disiarkan tidak berdasarkan prasangka dan diskriminasi kepada seseorang. Hal ini dikarenakan saya memandang bahwa informasi ini masih belum lengkap untuk dijadikan pemberitaan. Alangkah bijaksananya jika admin (diwakilkan oleh sang penulis) melakukan konfirmasi lebih lanjut terhadap pihak-pihak yang terkait, dimana usulan konfirmasi saya terdahulu direspon oleh admin untuk menunggu pemberitaan selanjutnya ( janji admin pertama pada saat saya memberikan komentar, namun sayangnya tulisan janji admin tersebut sudah tidak nampak lagi di laman ini dan saya tidak tahu mengapa demikian).
Saya berharap pemberitaan ini jangan sampai menyakiti atau menuduhkan hal-hal yang kurang tepat (berprasangka kurang baik) pada salah satu pihak atau bahkan mengarah pada framing terhadap sesuatu. Informasi yang sepihak tidak bisa kita jadikan generalisasi permasalahan. Oleh karena itu diperlukan adanya konfirmasi dari pihak lain, informan atau bahkan saksi yang independen. Apalagi mengingat bahwa kegiatan ini telah berlangsung, mengapa belum ada tindakan nyata dari admin (diwakilkan oleh sang penulis) terhadap penjernihan masalah ini? Apakah ada upaya lain yang dilakukan oleh admin (penulis) untuk mengklarifikasikan atau mendinginkan permasalahan ini?
Demikian hal yang dapat saya sampaikan, saya sangat menantikan realisasi janji admin sehingga pemberitaan ini menjadi jelas kebenarannya dan memberikan kebaikan bagi kita bersama.
Terima kasih.
Bu Esti, reputasi Ibu di Kampus IAIN Tulungagung sungguh sangat membahana. Saya yang bahkan bukan mahasiswa FEBI saja, sering mendengar nama Ibu disebut oleh teman-teman di kost, di gazebo, di masjid, dan di banyak tempat yang lain. Dari teman-teman tersebut saya memperoleh gambaran tentang bagaimana cara Ibu mengajar, cara Ibu berpakaian, cara Ibu memperlakukan mahasiswa.
Saya dengar dari para mahasiswa, jika Ibu bahkan pernah menantang para pejabat kampus, berencana akan membongkar “borok” kampus IAIN Tulungagung, dan sekian aksi heroik lainnya. Sungguh saya berharap suatu saat bisa ikut di salah satu kelas Ibu.
Pengagum Bu Esti