HMJ TP salah satu agen­danya ialah meng­hadirkan sem­i­nar nasion­al psikolo­gi indige­nous. Psikolo­gi indige­nous sendiri adalah pen­er­a­pan psikolo­gi Barat yang di rasa kurang rel­e­van dihadirkan untuk budaya, lingkun­gan dalam kon­teks luas. Maka dari itu­lah sem­i­nar ini dis­e­len­ga­garakan, den­gan men­gun­dang Prof. Drs Koen­tjoro seba­gai pembicara.

Dimen­si- sejak pagi (20/3), para peser­ta berduyun-duyun memenuhi aula IAIN Tulun­ga­gung, mengiku­tu acara sem­i­nar nasion­al (sem­nas) psikolo­gi indige­nous yang diadakan oleh Him­punan Maha­siswa Juru­san Tasawuf dan Psikoter­api (HMJ TP). Para pani­tia sudah menyi­ap­kan segala macam yang diper­lukan untuk acara sem­i­nar nasion­al psikolo­gi indige­nous seper­ti son sis­tem, kur­si, ben­ner dll.

Saya (ket­ua pani­tia. Red). Men­gungkap­kan ter­i­makasih kepa­da pani­tia yang telah menyi­ap­kan acara kali ini, dan beribu-ribu ter­i­makasih kepa­da selu­ruh peser­ta yang menyem­patkan hadir pada sem­i­nar psikolo­gi indige­nous. Kebe­tu­lan tadi malam kami sedik­it terk­endala di son sis­tem. Jadi, saya mewak­ili dari selu­ruh pani­tia mohon maaf jika ada sedik­it keku­ran­gan dan per­lakuan yang tidak berke­nan dari pani­tia”, ungkap Helmi.

Psikolo­gi indige­nous dise­bar­lu­askan untuk menyangkal keil­muan psikolo­gi dari Barat. Hel­mi men­erangkan, “saya sedik­it ingat salah satu tokoh Uichol Kim yang telah bela­jar psikolo­gi Barat, dan kem­bali ke Timur terny­a­ta ada banyak metode psikolo­gi Barat yang kurang rel­e­van dit­er­ap­kan di Timur. oleh kare­na itu, kami selaku pani­tia dari HMJ ter­tarik untuk mengam­bil tema: mema­ha­mi manu­sia dalam kon­tek­snya, selain itu manu­sia juga memi­li­ki keu­nikan sendiri-sendiri.”

Hadirnya sem­nas psikolo­gi indige­nous, meru­pakan salah satu agen­da yang di ben­tuk oleh HMJ TP. Lina L. Azizah selaku per­wak­i­lan dari pen­gu­rus HMJ men­je­laskan, “Ini meru­pakan salah satu pro­ker (pro­gram ker­ja. Red) dari pen­gu­rus HMJ TP yang cukup di apre­si­asi, mungkin beber­a­pa bulan yang lalu kami memi­li­ki wacana ten­tang adanya psikolo­gi indige­nous, dan Alham­dulil­lah pada kesem­patan kali ini kami telah melakukan­nya. Kami san­gat berharap sem­i­nar seper­ti ini men­ja­di agen­da tahu­nan. Selain itu, nara­sum­ber kali ini san­gat luar biasa dan semoga mem­berikan man­faat untuk kita semua.”

Nara­sum­ber kali ini yaitu Prof. Drs, Koen­joro dari Unver­si­tas Gajah Mada (UGM) Yogyakar­ta. Beli­au berkope­ten dalam bidang psikolo­gi indige­nous, beli­au kuli­ah di barat dan lang­sung merasakan ufo­ria yang ada di barat. Akan tetapi beli­au memil­ih mengem­bangkan psikolo­gi indige­nous pada masyarakat umum. “Nara­sum­ber kali ini memang berkom­pe­ten pada bidan­gnya. Beli­au bela­jar di barat akan tetapi pada ujungnya beli­au tetap mem­ba­gakan di lingkun­gan sek­i­tar, bahkan Indone­sia.” Kata pak Teguh.

Menu­rut pak Teguh yang sekarang men­ja­bat seba­gai wak­il dekan tiga FUAD, terse­leng­garanya sem­nas ini patut dibang­gakan. sebab kali per­ta­ma di IAIN Tulun­ga­gung pada tahun 2017. Selain itu, kegiatan semacam ini semoga dap­at teru­lang terus dan dikem­bangkan diju­ru­san TP dan FUAD pada umum­nya. Agar daya intelek­tu­al semakin luas dan jan­gan lupakan seman­gat lit­erasi. Maka dari itu sete­lah adanya sem­nas ini, dihara­p­kan adanya tulisan ten­tang psikolo­gi indige­nous. Pesan pak Teguh untuk mem­bu­ka sem­nas itu ialah, “Tulis apa yang kamu ker­jakan, dan ker­jakan apa yang kamu tulis.” []

san­tai, ten­ang dan tak per­lu seduh sedan ter­hadap real­i­tas semu.
sekarang maha­siswa aktif di juru­san Tasawuf Psikoter­api, sekali­gus crew di LPM Dimensi.

FacebookTwitterGoogle+