Sang surya mulai hanyut dalam pangkuan ibu pertiwi

Segalanya men­ja­di temaram, dalam angan-angan insan yang merindu bela­ian kasih

Piki­ran mulai berke­ca­muk akan masa depan penerus bangsa

Akan terus seper­ti inikah gubuk temaram perbatasan?

 

Temaram­nya bilik kayu perangkai mimpi

Mer­a­jut asa peng­hara­pan dalam temaram­nya kehidupan

Kuli­hat ham­paran rona hitam sang cipta

Menun­duk kagum akan ciptaannya

Mes­ki temaram menye­limu­ti pandangan

Menelusuri jalan hidup den­gan berte­lan­jang kaki

Men­gusung hidup dalam kesederhanaan

Memetik rindu peng­hara­pan kegemi­lan­gan cahaya ibu pertiwi

Megayunkan angan yang tak beru­jung pada titik kerind­u­an sang konglongmerat

 

Kutorehkan rasa cin­taku pada negeri

Mes­ki jama­han sang birokrat tak urung sampai

Aku cin­ta pada negeriku

Kurindu terangnya ibu pertiwi

Menya­pa lem­but sang kulit hitam dan keriting

Menya­pa si hitam dalam perbatasan.

 

Tulun­ga­gung, 23 Agus­tus 2017

 

Ania

penyu­ka sas­tra, trav­el­ing, berkhay­al, pengge­mar puisi Aan Mansur (Tidak Ada New York Hari Ini).