Lumajang, (06/17). Konflik dalam setiap negara memiliki warna tersendiri bagi masyakaratnya, tidak luput juga Indonesia. Masyarakat yang berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda memiliki pemahaman tersendiri dalam menyikapinya. Sehingga perlulah suatu wadah agar pemuda Indonesia lebih mengayomi masyarakat untuk mewujudkan suatu perdamaian.
Sakolah Syair yang berdiri pada tanggal 27 Juni 2017 menggelar acara Malam Sajak. Acara ini diselenggarakan selama dua hari 05–06 Agustus 2017. Tema yang diusung adalah “Menebar Kerinduan Dalam Perdamaian”. Acara ini dilaksanakan di Dusun Cerme Desa Jatisari Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang. Tepatnya di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kelompok Bermain (KB) Asalam.
“Saya mendirikan Sakolah Syair ini beberapa bulan lalu. Sekolah ini berdiri karena banyaknya konflik yang melanda Indonesia akhir-akhir ini. Saya melihat masyarakat itu bingung harus berpihak kemana? Ternyata ketika saya amati bukan aliran-aliran yang sekarang dikenal seperti aliran Radikalisme yang membuat masyarakat bingung. Tetapi, kurangnya pemuda yang mau berbaur dengan masyarakat. Sehingga perlulah sekolah ini membentuk pemuda yang memiliki rasa mengayomi dan berbaur dengan masyarakat.” tutur Sari mahasiswi semester 7 jurusan Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Jember (UNEJ) selaku pendiri Sakolah Syair.
Budaya Jawa asli yang masih kental sebagai alasan Lumajang dipilih dalam malam sajak. “Keunikan dari Lumajang menurut saya sendiri dimana para orang tuanya masih mempertahankan budaya Jawa.” tutur Lek Dah (Dahri) selaku pemateri dan penggagas tema malam sajak.
Acara malam sajak Sakola Syair ini merupakan agenda pertama yang digelar. Acara ini juga sekaligus sebagai ajang untuk memperkenalkan kegiatan dan karya yang dihasilkan para pecinta sastra Se-Jawa Timur.
Sesi pertama dimulai pukul 22.30 WIB digunakan untuk membahas teknik penulisan sastra salah satunya adalah puisi. Pembukaan disampaikan Vita selaku pengurus PAUD “KB” Asalam. Sesi Kedua dimulai esok hari pukul 08.00 WIB. Sesi kedua merupakan praktik dari teknik yang telah diperoleh pada sesi pertama yaitu pembuatan karya tulis sastra.
Peserta yang hadir pun cukup antusias mengikuti setiap materi yang disampaikan. “Saya senang mendapatkan suatu ilmu dan mendapatkan teman baru dengan karakter yang berbeda. Harapan setelah ini Sakola syairnya dapat merekrut anggota-anggota lain yang berkomitmen dan berkompeten.” tutur Diki mahasiswa semester 7 jurusan Pendidikan Luar Sekolah UNEJ.
Acara inipun juga tidak luput hambatan baik dari segi perencanaan maupun peserta. “Kendala yang kita hadapi sekarang dari segi Planing dan peserta. kita sudah lama membuat konsep seperti ini namun baru saja bisa terlaksana. Selain itu, karena juga baru saja berdiri Sakola Syair orang belum banyak mengenal. Peserta banyak yang daftar namun beberapa ada yang izin karena juga memiliki agenda yang bertepatan dengan acara ini.” ujar Sari
“Harapan saya setelah acara ini dapat menghasilkan produk sebuah karya buku. Di mana kita sebagai pembaca orang lain tetapi orang lain juga membaca karya kita.” tambahnya.
Pemuda Indonesia merupakan aset bangsa demi kemajuan negara. Sehingga diperlukan wadah bagi pemuda Indonesia untuk mengeluarkan aspirasinya. Ketika mulut dibungkam tulisan merupakan senjata ampuh untuk menegakkan aspirasi. Solusi tepat adalah mendukung setiap gerakan pemuda positif demi membentuk rasa solidaritas terhadap sesama. []
penyuka sastra, traveling, berkhayal, penggemar puisi Aan Mansur (Tidak Ada New York Hari Ini).