Aku tersesat di tengah-tengah ibu kota
Membuka mata menatap bayangan cahaya yang hampir sirna
Satu kedip mata, hilang begitu saja
Rupanya kecurangan telah mengepul di luar kepala
Sebagaimana pengkhianatan berjejal nampakkan muka
Kebenaran kini tercengkram dari belakang, sempoyongan, lambat laun hilang
Saat ajal belum mendekat dan berkhianat
Ia angkat derajat kerabat tertindas keparat
Satu gelas penuh pembelaan dipaksakan lekas dikosongkan
Dalam hatiku mencari-cari, siapa nama yang disingkirkan di angkasa sepi seorang diri?
Tangan-tangan merampas cinta
dan satu kaki menjegal nyata
Tak ada bukti maupun saksi
Orang mati berjuang seorang diri!
Aku sematkan dendam-dendam keadilan dari amarah yang tak lagi tertahankan
Jangan tambahkan pada sebatas angan-angan
Menyulut sumbu amarahku untuk ledakkan keangkuhan yang luluh lantahkan kemanusiaan
Walau racun-racun tak beri sekali ampun
Di jejak-jejak langkahku
Kebenaran tak akan kelu
Dalam riuh-riuh nyawaku
Kebenaran tak akan bisa dirayu
Satu martir tersingkir!
Lahirkan seribu nama para pejuang pergolakan
Mungkin sekali lagi, racuniku seribu kali menikamku tiada henti
Sekali lagi! Jangan kau henti!
Gali dalam-dalam kebenaran yang terkuburkan
Angkat kuat-kuat, agar tetap selamat