Dimensipers.com — Pintu gerbang merupakan fasilitas yang penting keberadaannya, sama halnya sebuah pintu pada sebuah rumah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung sendiri terdapat enam gerbang sebagai pintu keluar-masuk kampus, dua diantaranya terdapat di depan Gedung Rektorat, sedang satunya merupakan gerbang utama, berikutnya terdapat di samping Gedung K.H. Saifuddin Zuhri, berikutnya gerbang samping sebelah barat, dan terakhir berada di belakang Koperasi Mahasiswa (Kopma). Beberapa waktu ini publik IAIN Tulungagung berada pada kondisi antara pro dan kontra mengenai penutupan gerbang belakang IAIN Tulungagung.
Penutupan gerbang belakang tersebut menuai kritikan dari beberapa mahasiswa. Hal ini dikarekan gerbang belakang merupakan salah satu akses penting keluar-masuk bagi mahasiswa atau karyawan maupun dosen selain gerbang utama. keberadaan gerbang belakang ini sendiri mempermudah bagi para mahasiswa yang bermukim sekitaran belakang kampus. Kritikan mengenai peraturan yang diberlakukan oleh pihak kampus yakni batasan penutupan gerbang belakang sebelum jam perkuliahan selesai.
Penutupan ini dikeluhkan oleh para mahasiswa terutama para penghuni Ma’had Al-Jami’ah IAIN Tulungagung. Mereka mengharapkan bahwa gerbang belakang dibuka hingga perkuliahan usai. “Merugikan, karena di jam-jam itu masih banyak yang matkulkan (mata kuliah, red) setidaknya itu ditutup pas magrib aja, kan udah gak ada yang wira-wiri kecuali orang yang pakai sepeda motor kalau lewat depankan gapapa gitu, soalnya anak ma’had itu lewat situ (gerbang barat, red), soalnya kalau lewat depan itu kejauhan gitu soalnya,” ungkap Nuril mahasiswa yang menghuni Ma’had Al- Jami’ah IAIN Tulungagung.
Hal ini tak hanya dikeluhkan mahasiswa yang menghuni Ma’had Al-Jami’ah saja, namun juga mereka yang indekos tepat berada di belakang kampus. “Menurut saya itu sangat menyusahkan ya, terutama mahasiswa pejalan kaki seperti saya. Karena jikalau saya ada kuliah sore atau bahkan sampai malam dan gerbang belakang ditutup jam lima sore saya harus lewat gerbang depan dan itu menurut saya sangat jauh dari tempat kos saya dan pastinya membutuhkan banyak waktu dan banyak tenaga,” terang Najma salah satu mahasiswa jurusan Tadris Bahasa Indonesia (TBIN) yang indekos di belakang kampus.
Pasalnya banyak mahasiswa yang tinggal di Ma’had Al-Jami’ah dan beberapa yang tinggal di indekos tak memiliki kendaraan pribadi sehingga mereka sering merasa kelelahan jika harus memutar saat kembali ke Ma’had atau indekos setelah perkuliahan usai, selain itu juga memerlukan waktu yang banyak.
Harapan dari beberapa mahasiswa untuk penutupan gerbang belakang setelah jam lima sore agar dicarikan alternatif lain seperti dibukanya gerbang kecil belakang bagian barat. “Kalau menurut saya, kan itu gerbang belakang itu ada dua pintu, ada pintu yang besar, ada yang kecil, terus solusinya apa ya, jalan tengahnya itu mungkin gerbang yang kecil aja itu dibuka.” Ujar Wijayanti salah satu mahasiswa jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtida’iyah (PGMI).
Adapun pertimbangan juga dari keamanan untuk penutupan gerbang belakang bagian barat, “Baik terkait dengan itu sebenarnya security ada garis perintah, kita harus mentaati. Terkait dengan jam penutupan dan sebagainya, itu perintah dari pimpinan (rektorat, red), dengan pertimbangan juga tentang keamanannya, kenyamanannya dan sebagainya. Sebenarnya itu dulu dibuka yang kecil. Petugas fokusnya di depan terbatas juga, sehingga dulu itu sering banyak yang kehilangan barang-barang yang ada di UKM,” terang Hisbunnasor selaku koordinator keamanan IAIN Tulungagung.
Hal ini yang ditengarai menjadi pertimbangan penutupan gerbang kecil belakang bagian barat oleh pihak keamanan maupun kampus. Mereka pun juga berusaha menyediakan jalan alternatif lain yakni gerbang belakang Kopma yang tetap dibiarkan terbuka, namun tetap saja dibatasi sama halnya dengan gerbang bagian barat.
Selain para mahasiswa pejalan kaki yang mengeluhkan hal ini, mahasiswa yang mengendarai kendaraan bermotor maupun sepeda pun juga menyoroti hal ini. Pasalnya mereka pun mengeluhkan hal yang sama walaupun beberapa dari mereka tidak mempermasalahkan hal tersebut. Seperti halnya tanggapan Ulfa mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). “Untuk penutupan jam lima sore sendiri saya tidak ada masalah, soalnya memang mungkin jam lima sore saatnya ditutup, tapi yang penting gerbang depan masih dibuka. Kalau yang masih ada jam setelah jam lima ya, kasihan kalau mereka suruh muter ke depan kalau yang kosnya belakang kampus atau bagaimana. Mungkin kalau yang gerbang belakang ditutup, mungkin gerbang belakang kantin (Kopma, red) bisa dibuka begitu ada alternatif, lewat depan harus jalan lebih jauh lagi.”
Menurut keterangan Ulfa tersebut, penutupan gerbang belakang pada jam lima sore sebenarnya tidak menjadi permasalahan bagi beberapa mahasiswa, karena mereka menyadari bahwa memang jam operasional telah usai. Yang terpenting bahwa gerbang utama masih tetap dioperasionalkan sebagaimana mestinya.
Namun, mereka pun menyayangkan mengenai penutupan gerbang belakang tersebut, pasalnya masih ada mahasiswa yang kuliah setelah jam lima sore, bahkan hingga malam hari. Sehingga hal ini akan sangat merepotkan mahasiswa yang berjalan kaki. Ulfa mengharapkan jika memang gerbang belakang bagian barat harus ditutup pada jam tersebut maka gerbang bagian belakang Kopma dibuka sebagai alternatif mahasiswa yang berjalan kaki.
Reporter: Magta, Nurul, Natul, Rekhanatul, Rizka, dan Nico
Penulis: Nurul Karimatul F.
Redaktur: Rifqi I.F.