Tin­dakan yang dilakukan oleh oknum yang diduga kad­er HMI Komis­ari­at Per­si­a­pan Unin­dra ter­hadap ARM (Kru LPM Progress) adalah tin­dakan salah dalam pan­dan­gan HAM, kare­na ARM memi­li­ki hak kebe­basan berpendapat.

Kebe­basan berpen­da­p­at dan berek­spre­si adalah hak seti­ap indi­vidu maupun kelom­pok. Sese­o­rang bil­a­mana mengkri­tik, menulis, dan atau berpen­da­p­at ter­ma­suk dalam hak yang tidak bisa ditang­guhkan (Non-Dero­gable right) pada Hak Asasi Manu­sia (HAM). Demon­strasi masyarakat sip­il dan/atau maha­siswa untuk men­gaspi­rasikan pen­da­p­at­nya pada suatu pemer­in­ta­han adalah hak mere­ka yang tidak bisa digang­gu gugat.

Seper­ti con­toh akhir-akhir ini sedang maraknya Undang-Undang (UU) Omnibus Law yang akan dis­ahkan oleh pemer­in­tah. Ada seba­gian indi­vidu atau kelom­pok meno­lak Omnibus Law. Lalu berdemon­strasi atau menyuarakan pen­da­p­at­nya di jalan-jalan, lan­tas ada beber­a­pa aparatur negara yang mem­bubarkan demostrasi terse­but den­gan pak­sa atau lebih-lebih den­gan tin­dak repre­sif sekali­gus. Hal terse­but jika dalam per­spek­tif  HAM, aparatur negara melakukan tin­dakan yang salah. Dalam kon­teks terse­but aparatur negara atau pemer­in­tah seharus­nya mem­pun­yai kewa­jiban untuk melin­dun­gi (to pro­tect) dan meng­hor­mati (to respect).

Sama hal­nya den­gan tin­dakan kek­erasan yang dilakukan beber­a­pa oknum yang diduga kad­er Him­punan Maha­siswa Islam (HMI) Komis­ari­at Per­si­a­pan Fakul­tas Teknik, Matem­ati­ka dan Ilmu Penge­tahuan Alam (FTMIPA) Uni­ver­si­tas Indrapras­ta (Unin­dra) PGRI, ter­hadap ARM, anggota Lem­ba­ga Pers Maha­siswa (LPM) Progress.

Meru­juk pada siaran pers kro­nolo­gi keja­di­an pada www.lpmprogress.com, keja­di­an beraw­al saat Kru LPM Progress Unin­dra berin­isial ARM menulis opi­ni “Sesat Berpikir Kan­da HMI dalam Menyikapi Omnibus Law” di www.lpmprogress.com, tulisan terse­but mem­balas beri­ta di inisiatifnews.com,HMI Dorong DPR Sahkan Omnibus Law”.

Ming­gu, (22/3) ked­ua belah pihak berte­mu dan mem­bicarakan tulisan LPM Pro­gres. LPM Progress menawarkan Hak Jawab den­gan mem­berikan ruang pada pihak HMI Komis­ari­at Per­si­a­pan Unin­dra untuk dap­at mem­ban­tah tulisan­nya den­gan tulisan yang bisa diter­bitkan di web­site LPM Progress. Tidak lama ARM dipukul dari arah belakang. Sem­pat dilin­dun­gi, tetapi ARM terus dike­jar dan banyak mas­sa mulai mengeroyok. Wajah ARM pun dipukuli lagi yang menye­babkan bagian bibirnya sobek. Rekan LPM Pro­gres berni­at melin­dun­gi ARM, tetapi malah diserang.

Per­soalan di atas sudah jelas bah­wa ARM menulis opi­ni terse­but adalah pen­da­p­at­nya untuk mengkri­tisi tulisan yang ada di inisiatifnews.com, hal terse­but adalah kebe­basan berpen­da­p­at yang tidak bisa ditang­guhkan (Non-Dero­gable right). Oknum yang diduga kad­er HMI Komis­ari­at Unin­dra malah bersikap melakukan tin­dak kek­erasan ter­hadap ARM den­gan memukul di bagian bibir.

Dalam per­spek­tif  HAM sendiri, indi­vidu atau kelom­pok selain memi­li­ki hak juga memi­li­ki kewa­jiban, yaitu meng­hor­mati antars­esama manu­sia. Sikap oknum yang diduga kad­er HMI Komis­ari­at Unin­dra terse­but sudah jelas-jelas menyalahi HAM, kare­na tidak bisa mener­i­ma pen­da­p­at dari ARM den­gan memukul dan mengeroyok. Atas keja­di­an itu, ARM pun mela­porkan tin­dak kek­erasan yang dialaminya kepa­da polisi.

Selain itu HAM di Indone­sia juga sudah dijamin dalam pasal 28 Undang-undang Dasar 1945  “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, men­gelu­arkan piki­ran den­gan lisan dan tulisan dan seba­gainya dite­tap­kan den­gan undang-undang.” Oknum yang diduga kad­er HMI Komis­ari­at Per­si­a­pan Unin­dra tere­but juga menyalahi atu­ran HAM yang ada di Indonesia.

Aksi Pemuku­lan dan pengeroyokan terse­but juga sudah ter­ma­suk tin­dak pidana pen­ga­ni­ayaan yang sudah diatur pada pasal 351 ayat 1 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang berbun­yi “Pen­ga­ni­ayaan dian­cam den­gan pidana pen­jara pal­ing lama dua tahun dela­pan bulan atau pidana den­da pal­ing banyak empat ribu lima ratus rupi­ah”.

Aparatur negara seharus­nya bersikap tegas atas per­i­laku oknum yang diduga kad­er HMI Komis­ari­at Per­si­a­pan Unin­dra yang melakukan tin­dakan kek­erasan ter­hadap ARM. Mengin­gat  kewa­jiban dari aparatur negara adalah melin­dun­gi (to pro­tect) den­gan menekankan pada langkah-langkah meng­hadapi pelang­garan (human right abuse) yang dilakukan oleh pihak non-negara dan juga negara bersi­fat aktif. 

Penulis: Rifqi Ihza F.
Edi­tor: Nifa Kur­nia F. 

Redak­tur Online