Dimensipers.com — Gaze­bo Kan­tor Dinas Per­tan­ian dan Keta­hanan Pan­gan Tulun­ga­gung pada Senin, 26 Okto­ber 2020 mulai pukul 10.20–10.40 WIB telah dipenuhi oleh peser­ta medi­asi. Medi­asi ini mem­ba­has per­soalan terkait pupuk sub­si­di yang akhir-akhir ini marak diperbin­cangkan masyarakat Tulun­ga­gung. Hal terse­but ter­ja­di lan­taran pupuk di Tulun­ga­gung men­gala­mi kelangkaan. 

Peser­ta medi­asi ter­diri dari per­wak­i­lan maha­siswa Insti­tut Aga­ma Islam Negeri (IAIN) Tulun­ga­gung, Seko­lah Ting­gi Aga­ma Islam (STAI) Dipone­goro, petani Keca­matan Tang­gung­gu­nung, petani dari Keca­matan Pakel, petani Keca­matan Ngunut, per­wak­i­lan Masyarakat Kri­tis Tulun­ga­gung (MKT),  dan per­wak­i­lan dari Lem­ba­ga Swa­daya Masyarakat (LSM) Cakra. Tepat pada pukul 10.48 WIB, selu­ruh peser­ta medi­asi diarahkan ke lan­tai dua, di aula gedung dinas. 

Medi­asi terse­but dibu­ka pukul 11.23 WIB oleh Suprap­ti selaku Kepala Dinas Per­tan­ian dan Keta­hanan Pan­gan Tulun­ga­gung den­gan mem­per­si­lakan peser­ta mem­perke­nalkan diri, ser­ta mem­berikan kesem­patan kepa­da peser­ta untuk menyam­paikan mak­sud kedatan­gan dalam mediasi. 

Kesem­patan terse­but tidak disia-siakan oleh Zaki, selaku maha­siswa IAIN Tulun­ga­gung. Mewak­ili selu­ruh peser­ta medi­asi, Zaki menyam­paikan beber­a­pa tun­tu­tan­nya antara lain kelangkaan pupuk sub­si­di Kabu­pat­en Tulun­ga­gung dan juga ada beber­a­pa har­ga yang di-mark up di beber­a­pa penyalur tidak sesuai den­gan Har­ga Ecer­an Tert­ing­gi (HET) yang telah dite­tap­kan oleh Per­at­u­ran Menteri Per­tan­ian. Zaki juga menun­tut agar petani yang men­da­p­atkan pupuk bersub­si­di dipermudah. 

Semen­tara itu per­in­cian dari HET yang telah diatur dalam Per­at­u­ran Menteri Per­tan­ian Nomor 01 Tahun 2020 Pasal 15 ayat (2) dite­tap­kan: Pupuk Urea diberi har­ga Rp1.800 per kg, SP-36 dihar­gai Rp2.000 per kg, ZA diberi har­ga Rp1.400 per kg, NPK dihar­gai Rp2.300 per kg, NPK for­mu­la khusus diberi har­ga  Rp3.000 per kg, dan pupuk organik dihar­gai Rp500 per kg. 

Menyoal dari penyam­pa­ian Zaki terse­but, Suprap­ti menyam­paikan jika penyalu­ran pupuk sub­si­di hanya bisa dilakukan jika petani memi­li­ki kar­tu tani. “Sete­lah tang­gal 25 Agus­tus kemarin sudah dite­tap­kan oleh
Direk­toral Jen­dral Prasarana dan Sarana Per­tan­ian (Direk­jen PSP) bah­wa pelak­sanaan penyalu­ran harus meng­gu­nakan kar­tu tani,” terang Surap­ti. Namun, Suprap­ti juga menam­bahkan jika pem­ber­lakuan kar­tu tani terse­but belum bisa ter­lak­sana secara sem­pur­na lan­taran infra­struk­tur belum siap sepenuhnya. 

Ten­tang kelangkaan pupuk, Suprap­ti juga mema­parkan bah­wa
Ren­cana Defen­i­tif Kebu­tuhan Kelom­pok Elek­tron­ik (e‑RDKK) yang dia­jukan petani tidak ser­a­tus persen dipenuhi oleh pemer­in­tah.  Suprap­ti juga mema­parkan con­toh pupuk jenis urea 35.115,0 kg yang dia­jukan oleh petani, dari pen­ga­juan lebih kurang 35 ribu kilo­gram terse­but alokasinya hanya 28.321 kg.

Dan yang menyalurkan itu ada pihak sendiri, bukan dinas. Dinas tugas­nya hanya menye­di­akan angka, pendis­tribu­sian­nya bukan dinas, jadi sudah pihak keti­ga. Dari dis­trib­u­tor yang Jawa Timur yang ditun­juk adalah petrokimia Gre­sik,” ujar Suprapti. 

Medi­asi berlan­jut den­gan pros­es tanya jawab oleh peser­ta kepa­da pihak dinas. Roni selaku petani Keca­matan Pakel mem­berikan per­tanyaan terkait alasan luas lahan yang dia­jukan oleh dinas tidak  sesuai den­gan fak­ta yang ada di lapan­gan. Rin­cian dari  data e‑RDKK Tahun 2020 Dinas Per­tan­ian Kabu­pat­en Tulun­ga­gung yang dia­jukan dalam setahun yakni: 27 desa/kelurahan, petani sebanyak 88.718 orang, dan 146.731,28 ha luas lahan di Tulungagung. 

Semen­tara menu­rut data tulungagungkab.bps.go.id rin­cian lahan iri­gasi tek­nis dalam satu tahun: ditanam padi tiga kali 2.565 ha, ditanam padi dua kali 11.938 ha, ditanam padi satu kali 6.975 ha, lahan yang tidak ditanam 1.617 ha, semen­tara lahan yang tidak di usa­hakan 0, jum­lah total iri­gasi tek­nis dalam satu tahun 23.095 ha. Untuk non iri­gasi atau tadah hujan dalam satu tahun: ditanam padi tiga kali 1.833 ha, ditanam padi dua kali 2.183 ha, ditanam padi satu kali 177 ha, tidak ditanam padi 296 ha, semen­tara lahan yang tidak diusa­hakan 32 ha, jum­lah  lahan non iri­gasi dalam satu tahun terse­but 4.521 ha. Dari data terse­but, jika dito­tal lahan iri­gasi tek­nis dan non iri­gasi di Tulun­ga­gung dalam satu tahun 27.616 ha. 

Menang­gapi kon­tradik­si pen­ga­juan luas lahan terse­but, Okky selaku Kepala Sek­si (Kasi) Pupuk Dinas Per­tan­ian berdal­ih lahan  yang ada di dalam e‑RDKK lebih luas dise­babkan oleh tam­ba­han lahan yang pihak dinas ajukan.

Jadi begi­ni, bah­wasanya bah­wa 27.606 ha ter­diri dari sawah untuk iri­gasi 24.967 ha, tadah hujan 2.639 ha. Semen­tara lahan per­tan­ian bukan sawah (yang ter­diri dari) tegal/kebun 38.709, ladang/hum/a 215, perke­bunan 2.114, ditana­mi pohon 3.805, padang pengem­bal­aan atau pun padang rumput itu juga butuh sub­si­di selu­as 5 ha, hutan negara 8.707 ini yang sudah ada bekas­nya, di wilayah Tang­gung­gu­nung,” jelas­nya.

Okky menam­bahkan jika hutan negara di Tang­gung­gu­nung terse­but dikelo­la untuk penana­man jagung. “Di Tang­gung­gu­nung ada hutan negara yang dikelo­la untuk tana­man jagung selu­as 8.707 itu kemu­di­an semen­tara tidak diusa­hakan 243 lain­nya. tam­bak, kolam, empang, 4.182, jum­lah lahan per­tan­ian bukan sawah 57.989, lahan bukan khusus per­tan­ian 20.269. Total jum­lah lahan sawah, jum­lah lahan per­tan­ian  bukan sawah ser­ta lahan bukan per­tan­ian 105.855 itu luas sek­abu­pat­en Tulun­ga­gung,” jelas Okky.

Okky mengkhawatirkan jika data yang dia­jukan sesuai den­gan data lapan­gan akan mem­bu­at petani yang ter­da­p­at di lahan bukan iri­gasi tek­nis kesuli­tan. “Ini kami bukan meng­gan­dakan, cuma ini (data) dari badan sta­tis­tik dan kementer­ian per­tan­ian,” ujarnya.

Namun, nyatanya pema­paran yang dis­am­paikan oleh Okky ter­da­p­at banyak berbe­daan den­gan data yang ter­da­p­at dalam Badan Pusat Sta­tis­tik Kabu­pat­en Tulungagung.

Screen­shot dari https://tulungagungkab.bps.go.id/statictable/2019/09/18/4722/lahan-menurut-jenis-dan-penggunaanya-di-kabupaten-tulungagung-2018.html

Screen­shot dari https://tulungagungkab.bps.go.id/statictable/2019/09/18/4722/lahan-menurut-jenis-dan-penggunaanya-di-kabupaten-tulungagung-2018.html

Selain perbe­daan terse­but. Total dari data yang dipa­parkan Okky juga tidak sesuai den­gan e‑RDKK yang dia­jukan oleh dinas ke pusat. 

Perun­tukan pupuk bersub­si­di dalam Per­at­u­ran Menteri Per­tan­ian Nomor 01 Tahun 2020 Pasal 5 berbun­yi: (1) Pupuk Bersub­si­di dipe­run­tukan bagi Petani yang telah bergabung dalam Kelom­pok Tani. (2) Kelom­pok Tani seba­gaimana dimak­sud pada ayat (1) wajib menyusun e‑RDKK seba­gai berikut: a. Petani yang melakukan usa­ha tani sub sek­tor tana­man pan­gan, perke­bunan, hor­tikul­tura dan/atau peter­nakan den­gan luasan pal­ing luas 2 (dua) hek­tare seti­ap musim tanam; dan/atau b. Petani yang melakukan usa­ha tani sub sek­tor tana­man pan­gan pada Penam­ba­han Luas Area Tanam Baru (PATB).”

Berdasarkan dari per­at­u­ran terse­but, Yoga salah satu masyarakat Tang­gung­gu­nung yang hadir dalam medi­asi menyam­paikan keke­ce­waan­nya ter­hadap ketele­do­ran pen­ga­juan yang dilakukan oleh pihak dinas. “Di sana Penyu­luh Per­tan­ian Lapan­gan (PPL) sudah saya temui, tapi e‑RDKK dari ket­ua kelom­pok tani cuma 1,5 ha, terny­a­ta yang dia­jukan dinas bera­pa? 4,2 ha,” ungkap Yoga. 

Aki­bat dari kesala­han pen­ga­juan terse­but, Yoga merasa dirugikan kare­na data yang dia­jukan dinas melebi­hi luas lahan yang telah dite­tap­kan dalam Per­at­u­ran Menteri Per­tan­ian. Menang­gapi hal terse­but, Bin­ti hanya menyam­paikan jika akan men­gadakan penge­cekkan, tan­pa kon­fir­masi yang jelas. 

Berbe­da den­gan Yoga, Roni meny­ing­gung terkait pem­ba­gian pupuk per luas lahan. Menang­gapi hal terse­but Okky menyam­paikan jika yang dihi­tung ten­tang pem­ba­gian pupuk bukan luas lahan, melainkan luas tanam. Okky berdal­ih jika luas lahan tidak akan berubah, semen­tara luas tanam bisa berubah sekali sam­pai tiga kali yang mana sesuai den­gan pem­ba­gian pupuk sub­si­di yang diberikan tiga kali masa tanam. Akan tetapi hal terse­but tidak rel­e­van den­gan apa yang dis­am­paikan di awal medi­asi, yang mana Okky hanya mema­parkan dan mem­ba­has besaran luas lahan yang dia­jukan bukan luas tanaman. 

Medi­asi ini diakhiri den­gan perny­ataan Suprap­ti dan Okky akan menggen­jot pendis­tribu­sian pupuk yang belum tun­tas dan menghubun­gi pihak dis­trib­u­tor sesegera mungkin tan­pa mem­beri jam­i­nan konkrit. “Ini realokasi yang ter­akhir memang  belum semua ter­dis­tribusi ter­ma­suk Tang­gung­gu­nung. Akhir bulan ini baru bisa ter­salurkan. Ming­gu ini akan didis­tribusikan di Tang­gung­gu­nung. Tapi (daer­ah lain) tetap semuanya,” pungkas Suprapti.

Reporter: Titan Novi­ta Sari dan Nifa Kur­nia Fah­mi
Penulis: Titan Novi­ta Sari
Edi­tor: Muham­mad F. Rohman