Judul               : Sapiens

Penulis             : Yuval Noah Harari

Pen­er­jemah    : Damar­ing Tyas Wulan­dari Palar

Pener­bit           : Kepus­takaan Pop­uler Gra­me­dia (KPG)

Kota tebit        : Jakar­ta, 2017

Tebal buku      : viii+525 halaman

ISBN               : 978–602-424–416

Dalam per­jalanan manu­sia sekarang, Homo Sapi­ens diyaki­ni seba­gai jenis manu­sia yang masih berta­han. Mere­ka tidak tum­buh seo­rang diri, banyak spe­sies manu­sia kera yang men­dampin­gi perkem­ban­gan Sapi­ens. Namun, hing­ga kini para peneli­ti manu­sia pur­ba meyaki­ni bah­wa Sapi­ens memus­nahkan pesaingnya dan men­dudu­ki kelas tertinggi.

Sapi­ens men­gala­mi evo­lusi untuk sam­pai pada pun­caknya. Dim­u­lai pada Era Rev­o­lusi Kog­ni­tif, keti­ka Sapi­ens melai mem­ben­tuk koloni agar dap­at mem­per­ta­hankan diri dan men­cari mangsa. Seti­ap wilayah yang telah didatanginya selalu musnah.

Lam­bat laun, seba­gian Sapi­ens mulai mening­galkan kebi­asaan berbu­ru dan pengumpul. Mere­ka mem­bawa biji gan­dum dari hutan yang tum­buh di sek­i­tar tem­pat mere­ka tin­gal. Sapi­ens mulai mem­bu­di­dayakan gan­dum seba­gai makanan sehari-hari. Pen­e­muan terse­but seba­gai penan­da muncul­nya Rev­o­lusi Pertanian.

Rev­o­lusi per­tan­ian mem­bu­at Sapi­ens semakin bertam­bah banyak kare­na mere­ka ting­gal mene­tap. Mere­ka terus-menerus berkem­bang biak. Semakin ting­gi jum­lah pen­duduk, maka Sapi­ens semakin mem­bu­tuhkan lebih banyak wak­tu dan luas wilayah untuk menanam gandum.

Sela­ma sete­lah Rev­o­lusi Per­tan­ian ber­jalan, mulai muncul sis­tem per­ni­a­gaan. Sapi­ens men­cip­takan khay­alan masa depan untuk meny­atukan kelom­pok-kelom­poknya. Awal rev­o­lusi per­tan­ian mem­ben­tuk beber­a­pa desa kecil. Namun, lama-kela­maan mere­ka mulai mem­ban­gun perko­taan besar.

Sete­lah beber­a­pa dekade kemu­di­an banyak penyer­bu yang berusa­ha menahk­lukkan perko­taan. Mere­ka mulai men­cip­takan peny­at­u­an beber­a­pa kota yang dise­but imperi­um. Sapi­ens mulai men­cip­takan ker­ja sama di bawah sebuah kepemimpian. 

Imperi­um mulai men­cip­takan tatanan masyarakat yang baru den­gan mem­bu­at uang seba­gai nilai tukar. Uang berfungsi untuk memu­dahkan mere­ka melakukan jual beli. Den­gan uang, Sapi­ens yang tidak sal­ing men­ge­nal, mulai dap­at bek­er­ja sama.

Selain itu, yang mem­bu­at Sapi­ens bisa sal­ing bek­er­ja sama, yakni aga­ma. Den­gan­nya, mere­ka mem­ban­gun keper­cayaan akan dewa-dewi. Keber­hasialan aga­ma yang cukup pesat ter­ja­di kepa­da pengikut aga­ma Kris­ten dan Islam yang men­gala­mi ledakan pengikut­nya ke daer­ah yang lebih luas.

Kema­juan Sapi­ens terus berlan­jut hing­ga muncul­nya kesadaran akan kema­t­ian. Artinya, pemiki­ran jenius Sapi­ens akan hilang bersamaan den­gan kema­t­ian. Antara tahun 3500 SM dan 3000 SM, sejum­lah orang jenius Sumer men­cip­takan sis­tem yang diran­cang sedemikian rupa untuk meny­im­pan dan men­go­lah infor­masi di luar otak. Sis­tem terse­but untuk men­gu­rusi data matem­a­tis dalam jum­lah besar yang dise­but “tulisan”.

Kema­juan ter­ja­di begi­tu pesat sete­lah Sapi­ens men­e­mukan cara untuk meny­im­pan dan mengem­bangkan kepin­taran mere­ka. Den­gan kemam­puan berfikir dan men­cip­ta Sapi­ens, mere­ka berhasil men­je­la­jah lau­tan den­gan sela­mat dan men­catat peta per­jalanan mere­ka saat berla­yar. Sete­lah itu, Sapi­ens mulai menyusuri seti­ap tem­pat den­gan peta yang telah mere­ka temui.

Bumi mulai dipenuhi oleh Sapi­ens, aki­bat ledakan pop­u­lasi dan kemam­puan­nya dalam men­je­la­jahi dunia den­gan penge­tahuan. Mulai muncul pula keing­i­nan untuk menakhlukkan wilayah yang didatanginya guna mem­per­lu­as wilayah. Mere­ka rela berperang satu sama lain untuk mem­per­ta­hankan wilayah kekuasaan mere­ka. Sapi­ens bahkan berlom­ba-lom­ba men­cip­takan sen­ja­ta untuk men­galahkan musuh­nya. Mere­ka men­cip­takan bom atom, sebuah sen­ja­ta nuk­lir yang dap­at mem­bi­nasakan wilayah yang besar dalam seke­jap mata.

Perkem­ban­gan semakin pesat sete­lah perang dunia ter­ja­di. Sains mulain men­gu­dara hing­ga Sapi­ens mam­pu men­cip­takan trasnpor­tasi kere­ta api. Kere­ta yang awal­nya hanya digu­nakan untuk men­gangkur barang, sekarang digu­nakan untuk kendaraan Sapi­ens.

Sapi­ens men­ja­di semakin ego­is den­gan menyangkal kema­t­ian aki­bat dari takdir yang dicip­takan Tuhan. Mere­ka meng­gu­nakan penge­tahuan untuk menun­da kema­t­ian dan terus berusa­han untuk mence­gah kema­t­ian itu sendiri. Mere­ka mulai men­cip­takan rekayasa genetik untuk dunia yang dap­at mere­ka cip­takan sendiri.

Kemam­puan yang dim­i­li­ki oleh Sapi­ens telah mem­bawa diri mere­ka ke Era Mod­ern den­gan pen­e­muan-pen­e­muan sains. Sapi­ens seo­lah mening­galkan kebu­dayaan yang dulu dicip­takan­nya, seper­ti aga­ma den­gan segala dog­ma yang diban­gun­nya. Mere­ka mulai meng­gan­tikan kemam­puan Tuhan. Sapi­ens men­jadikan teknolo­gi dan sains seba­gai suatu alat yang dap­at men­cip­takan sesu­atu menya­mai pen­cip­taan Tuhan. Hing­ga datanglah tena­ga manu­sia yang digan­tikan oleh tena­ga mesin.

Penulis: Gilang
Edi­tor: Ulum