Senin, 31 Mei 2021, Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung (UIN SATU) mengadakan konferensi pers dalam rangka peralihan identitas dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungangung menjadi UIN SATU. Acara tersebut disiarkan langsung melalui channel Youtube Satu Televisi pada pukul 15.00 WIB. Konferensi pers dipimpin langsung oleh rektor UIN SATU, Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag.
Acara dimulai dengan laporan langsung dari pembawa acara, Dimas Prakoso. Dimas menjelaskan tentang bagaimana alur berjalannya konferensi pers. Bersamaan dengan dimulainya acara, rapat pimpinan masih berjalan yang dilakukan oleh pihak rektorat.
Menjelang transformasi IAIN Tulungagung menjadi UIN SATU, Maftukhin menjelaskan perjalananan kampus sampai akhirnya mendapat gelar UIN. “UIN ini adalah berkah lailatul qadar karena surat Perpers no. 40 turun pada tanggal 11 Mei 2021 yang juga bertepatan pada akhir Ramadan,” tuturnya.
Maftukin berharap dibalik nama UIN SATU mahasiswa-mahasiswanya tetap memegang teguh ilmu-ilmu keagamaan, meskipun mahir dalam bidang umum. Selain itu, alumni dari UIN SATU tidak hanya menjadi seorang pejabat atau bergelut dalam dunia politik, tetapi juga melahirkan ilmuwan-ilmuwan berbagai bidang pun menjadi seorang ulama.
Harapan Maftukin, potensi-potensi lokal yang ada di desa pun dapat dikembangkan oleh alumni UIN SATU nantinya. “Nantinya kami juga bisa melahirkan dokter-dokter hebat. Meski begitu, mereka adalah dokter-dokter yang kembali ke desa. Sehingga, tidak hanya orang-orang kota yang sehat-sehat sedangkan masyarakat desa jadi bengek (sakit-sakitan)”, tambahnya.
Dipaparkan pula bahwa proses transformasi ini melewati waktu yang cukup panjang. Pengembangan fakultas dan prodi juga membutuhkan waktu dan menunggu izin dari pusat. Bahkan setelah turunnya Peraturan Presiden (Perpres) masih menunggu izin pengembangan prodi dari pusat untuk pelaksanaannya. Salah satu prodi baru yang akan rilis adalah prodi Kedokteran. Pihak kampus bahkan sudah menjalin kerjasama dengan Rumah Sakit Unit Daerah (RSUD) Dr. Iskak Tulungagung untuk melahirkan dokter-dokter hebat. Kerjasama ini sudah dimulai sejak awal pandemi dengan dibuatnya Rumah Susun Istimewa (Rusunawa) dengan memanfaatkan ma’had milik UIN SATU. Disebut juga tidak hanya rumah sakit, namun juga dengan pihak lainnya.
Dalam hal pertambahan mahasiswa baru setiap tahunnya, ketika masih menjadi IAIN Tulungagung selalu mendapatkan posisi urutan pertama untuk penerima mahasiswa baru terbanyak di Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTKIN). Menyandang nama baru, kampus memiliki rencana untuk menambah gedung pembelajaran. Namun, untuk lokasi pengembangan masih dalam proses pemetaan.
Maftukin menyatakan bahwa kebiasaan dari masyarakat Tulungagung untuk memilih tanah harus memperhatikan sisi spiritualitasnya, sebab ada kategori tersendiri bagaimana tanah yang cocok untuk kegiatan pendidikan, atau mencari uang, dan sebagainya. “Kemungkinan di sekitar Tulungagung atau Trenggalek,” timpalnya.
Melihat pembelajaran yang masih dilakukan secara daring, keputusan terkait pembelajaran tatap muka masih menunggu keputusan dari pemerintah. “Jika pemerintah membolehkan, maka bisa menggelar pembelajaran tatap muka. Namun, jika tidak memungkinkan tetap dilaksanakan secara daring bahkan bisa jadi di-blend, ada mata kuliah yang dilakukan secara tatap muka dan ada juga yang tetap secara online,” ungkap Maftukin.
Namun, perubahan status dari IAIN ke UIN pula membuat mahasiswa resah. Dikhawatirkan dikhawatirkan adanya peningkatan pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT). “Semoga tidak ada kenaikan UKT setelah menjadi UIN, untuk fasilitas juga semoga segera ada diperbaikan,” kata Laili, mahasiswa Hukum Keluarga Islam (HKI).
Menanggapi keresahan mahasiswa, Maftukin menjelaskan bahwa semakin banyak mahasiswa juga semakin banyak biaya UKT-nya. Semakin banyak bukan semakin naik. Maftukin menambahkan bahwa tidak ada kenaikan UKT untuk tahun ini.
Perubahan IAIN menjadi UIN merupakan momen yang ditunggu sejak lama, bahkan kabar ini sudah ada sejak tahun 2014. Namun baru dapat terealisasikan pada tahun 2021. Transformasi ini ditunggu oleh semua pihak, tak terkecuali oleh mahasiswa. “Saya sangat bersyukur dan bahagia, karena perubahan ini membawa dampak yang cukup signifikan. Salah satunya adalah pembelajaran madin yang dapat menjadi contoh bagi PTKIN lainnya. Selain itu, semakin banyaknya fakultas-fakultas dan prodi-prodi yang muncul,” ungkap Ramadhan Aufani, mahasiswa HKI. Ramadhan pula mengungkapkan harapannya atas perubahan status dari IAIN ke UIN, “Harapannya agar menjadi acuan perubahan bagi PTKIN-PTKIN lain di sekitarnya,” jelasnya.
Penulis: Vebril
Reporter: Fauzi, Tonny
Redaktur: Natasya