Acara “Tan­dur Bareng VII” suk­ses dilak­sanakan pada Sab­tu, 15 Jan­u­ari 2022 di Pos Kon­ser­vasi Argo Pathok Can­di Dadi (APC). Acara terse­but meru­pakan ben­tuk ker­jasama dari Komu­ni­tas Argo Pathok Can­di Dadi bersama den­gan dinas, pemer­in­ta­han, dan komu­ni­tas lokal. Kegiatan ini men­da­p­at antu­sias yang luar biasa dari tokoh-tokoh masyarakat, war­ga, ser­ta komu­ni­tas pecin­ta alam yang lain. Kali ini acara Tan­dur Bareng men­ga­jak masyarakat agar tidak hanya hadir seba­gai peser­ta tanam, melainkan ikut men­ja­ga keber­lang­sun­gan hidup tana­man yang telah tertanam.

Kegiatan tahu­nan yang berangkat dari kege­lisa­han menyoal isu lingkun­gan ini kian berhasil menye­dot per­ha­t­ian besar di Tulun­ga­gung den­gan dihadiri oleh; Musyawarah Pemp­inan Keca­matan (Mus­pi­ka) Sum­bergem­pol, Dinas Lingkun­gan Hidup Tulun­ga­gung, dan Dinas Kehutanan Jawa Timur; Tujuh Lem­ba­ga Aga­ma Kabu­pat­en Tulun­ga­gung; dan komu­ni­tas lokal Tulun­ga­gung dan luar Tulun­ga­gung sek­i­tar 60 komu­ni­tas. Ser­ta siswa seko­lah  di Keca­matan Sum­bergem­pol seper­ti dari Seko­lah Dasar (SD) 1 Joho, SD 1 Jujung, ada juga dari Seko­lah Menen­gah Per­ta­ma (SMP) Sum­bergem­pol, SMP Boy­olan­gu, dan siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Sumbergempol.

Acara “Tan­dur Bareng VII” meru­pakan agen­da yang dis­e­leng­garakan oleh Komu­ni­tas Argo Pathok Can­di Dadi. Komu­ni­tas terse­but meru­pakan ben­tuk real­isasi dari pemiki­ran kri­tis para pecin­ta alam terkait kerusakan lingkun­gan yang ada di Indone­sia. Pada tahun 2010 muncul wacana seru­pa yang sifat­nya masih berpin­dah-pin­dah. Awal­nya di Gunug Budeg, pada tahun selan­jut­nya bera­da di Sen­dang sela­ma 3 putaran. Pada tahun 2015 ingin menen­tukan tem­pat untuk menetap.

Hing­ga pada 2016 diadakan kegiatan penye­la­matan sum­ber mata air dan sat­wa sek­i­tar Can­di Dadi yang bek­er­jasama antar pemeluk aga­ma dan komu­ni­tas. Dari sit­u­lah mulai ter­li­hat antu­sias war­ga ten­tang aktiv­i­tas penana­man yang ten­gah berlang­sung. Akhirnya mere­ka memu­tuskan untuk mem­bu­at kelom­pok kon­ser­vasi bersama war­ga, sehing­ga ter­ben­tuk­lah perkumpu­lan yang kemu­di­an diberi nama Argo Pathok Can­di Dadi atau dis­ingkat APC.

Argo Pathok Can­di Dadi seba­gi penye­lang­gara mem­u­lai kegiatan tan­dur pada pukul 08.00 WIB. Dim­u­lai den­gan sambu­tan dari Pem­bi­na Argo Pathok Can­di Dadi Tatang Suhartono, dilan­jut sambu­tan oleh Agusti­nus Feri, kemu­di­an dari Dinas Kehutanan Jawa Timur. Sambu­tan ter­akhir dis­am­paikan oleh per­wak­i­lan Kesat­u­an Pemangkuan Hutan (KPH) Bli­tar yaitu Syakur Rah­man Bagian Kesat­u­an Pen­gelo­laan Hutan (BKPH) Kali­dawir. Susunan acara selan­jut­nya doa yang dip­impin oleh wak­il rek­tor 3 Uni­ver­si­tas Islam Negeri (UIN) Sayyid Ali Rah­mat­ul­lah Tulun­ga­gung Abad Badruz­za­man. Sete­lah doa, ada pemuku­lan ken­ton­gan oleh Kapolsek Sum­bergem­pol Ajun Komis­aris Polisi (AKP) I Nen­gah Sut­ed­ja. Tak berse­lang lama  dilan­jut den­gan peny­er­a­han bib­it tanam kepa­da Koman­dan Ray­on Militer Sum­bergem­pol, Kepala Desa Jun­jung, Forum Komu­nikasi Kelom­pok Sadar Wisa­ta (Forkom Pok­dar­wis) Tulun­ga­gung, Ansor Tulun­ga­gung, Dewan Ker­ja Pra­mu­ka Sum­bergem­pol, Lem­ba­ga Pari­wisa­ta dan Pecin­ta Alam Islam (Lep­pa­mi), Gere­ja Kris­ten Indone­sia (GKI), guru, pela­jar, dst.

Menu­rut Abdul Mukho­sis, selaku ket­ua pelak­sana “Tan­dur Bareng VII” ia men­je­laskan, bah­wa yang melatar belakan­gi kegiatan ini adalah obser­vasi mere­ka ter­hadap wacana Indone­sia terkait kerusakan lingkun­gan. “Itu dulu sejak 2010 memang Indone­sia itu memi­li­ki wacana yang besar terkait kerusakan lingkun­gan. Sam­pai ada kegiatan-kegiatan yang sifat­nya inter­na­sion­al, bahasanya negara pun juga kesuli­tan dalam penan­ganan kasus kerusakan lingkun­gan yang ada di Indone­sia. Akhirnya wak­tu itu kita pun­ya wacana pan­jang dari temen-temen komu­ni­tas yang teruta­ma di lin­tas aga­ma,” tutur Abdul Mukhosis.

Kho­sis juga mene­gaskan adanya kegiatan yang sudah berlang­sung lama ini telah mem­berikan dampak yang sig­nifikan. Tum­buhan yang ditanam telah mem­i­ni­mal­isir ter­jadinya kebakaran di sek­i­tar Can­di Dadi. Penana­man dari awal sudah mem­buahkan hasil seper­ti, sat­wa mulai berkumpul dan sum­ber mata air sudah mulai sta­bil. Tujuan agen­da ini juga seba­gai kegiatan obser­vasi, min­i­mal seba­gai con­toh masyarakat untuk terus men­ja­ga lingkun­gan. Semacam ben­tuk penye­la­matan sum­ber mata air dan satwa.

Faisal dari Lem­ba­ga Pari­wisa­ta dan Pecin­ta Alam Maha­siswa Islam (LEPPAMI) seba­gai peser­ta menang­gapi, bah­wa acara “Tan­dur Bareng VII” per­lu digiatkan. “Terkait acara ini … dan per­lu digiatkan apala­gi meli­hat kon­disi alam Tulun­ga­gung yang kita lihat semakin hari itu semakin banyak defor­estasi, dan den­gan kri­sis iklim kegiatan tanam pohon yang dilak­sanakan swa­daya oleh masyarakat dan kelom­pok-kelom­pok pecin­ta alam itu san­gat mem­ban­tu,” tuturnya.

Penulis: Neha
Reporter: Gea, Mafthuh,Sherina
Redak­tur: Bayu