Judul Buku : Dunia Sophie

Pen­garang : Jostein Gaarder

Pener­bit : Mizan Pustaka

ISBN : 978–979-433–574‑1

Tebal Hala­man : 800 halaman

Tahun ter­bit : 2014

Orang yang tidak dap­at mengam­bil pela­jaran dari masa tiga ribu tahun, hidup tan­pa meman­faatkan akalnya.”

Dunia Sophie meru­pakan salah satu nov­el ter­jemah karya Jostein Gaarder yang mem­ba­has per­i­hal perkem­ban­gan sejarah Fil­safat Yunani Kuno. Nov­el ini per­ta­ma kali ter­bit pada tahun 1991 dalam bahasa Nor­we­gia den­gan judul Sofie’s Ver­den. Melalui bukun­ya, Jostein Gaarder mem­berikan pela­jaran ringkas terkait sejarah Fil­safat den­gan bahasa yang menarik dan mudah untuk dipahami.

Pada suatu titik, sesu­atu pasti beraw­al dari keti­adaan,” sepeng­gal kali­mat yang men­ja­di pem­bu­ka dalam bab per­ta­ma dan men­ja­di langkah awal pem­be­la­jaran. Nov­el ini akan mem­bawa pem­ba­ca untuk mem­pela­jari sejarah Fil­safat yang dim­u­lai dari awal perkem­ban­gan­nya hing­ga abad ke dua puluh di Yunani. Hal itu terba­gi men­ja­di Zaman Yunani Kuno, Abad Perten­ga­han, Zaman Pencer­a­han, dan Zaman Modern.

Sophie Amund­send, begi­t­u­lah namanya, ia meru­pakan gadis beru­sia 14 tahun yang secara tiba-tiba men­da­p­atkan surat mis­terius dari pen­gir­im yang bahkan tidak ia ketahui iden­ti­tas­nya. Selain surat mis­terius, Sophie juga ker­ap kali men­da­p­atkan surat aneh yang ditu­jukan untuk Hilde Moller Knag. Surat terse­but berisi ten­tang pesan-pesan ayah Hilde untuk ulang tahun Hilde. Sophie meyaki­ni bah­wa antara pen­gir­im amplop mis­terius, per­tanyaan yang tert­era di dalam­nya, juga ten­tang surat untuk Hilde memi­li­ki keterkai­tan satu sama lain.

Sia­pakah kamu?” begi­t­u­lah isi dari surat per­ta­ma yang dite­r­i­manya, lebih lan­jut ia juga men­da­p­atkan amplop yang berisi “Dari mana datangnya dunia? Dari mana asal­nya angkasa? Bukankah segala sesu­atu ada per­mu­laan­nya? Per­tanyaan itu terus meng­han­tui isi piki­ran Sophie yang sayangnya ia sendiri pun tidak dap­at men­e­mukan jawa­ban pasti.

Pela­jaran Fil­safat nya terus berlan­jut hing­ga ia mener­i­ma sebuah amplop cok­lat besar yang berisi lem­baran-lem­baran ker­tas ten­tang sejarah Fil­safat dari masa ke masa. Tak hanya itu, dalam lem­baran terse­but juga terselip beber­a­pa kata kun­ci untuk per­tanyaan yang belum bisa Sophie pec­ahkan. Mis­al­nya saja seper­ti kelin­ci putih yang kelu­ar dari topi pesu­lap, yang di dalam­nya mem­ba­has terkait bagaimana dunia ini dicip­takan. Bagian ini juga mem­ba­has men­ge­nai rasa ingin tahu yang begi­tu dibu­tuhkan dalam men­ja­di seo­rang filosof.

Hari terus berlalu dan Sophie masih mener­i­ma surat mis­terius. Hing­ga pada suatu hari pen­gir­im surat terse­but mem­perke­nalkan dirinya pada Sophie. Ia adalah Albre­to Knox, sosok tua yang ting­gal di gubuk sang may­or den­gan anjing kesayan­gan­nya. Gubuk terse­but bera­da tak jauh dari rumah Sophie atau lebih tepat­nya bera­da di belakang sarang yang ada di taman depan rumah­nya. Sela­ma ini Albre­to tak bosan men­gir­im surat seba­gai bahan pem­be­la­jaran supaya Sophie menger­ti ada banyak hal lain yang harus dike­tahui di luar sana. Seba­gai tam­ba­han ia juga men­gir­im sebuah kaset video yang mem­ba­has men­ge­nai Athena, rdan dua filosof di dalam­nya, yaitu Socrates dan Plato.

Selain men­da­p­atkan pela­jaran ten­tang sejarah Fil­safat beser­ta tokoh-tokohnya, Sophie juga men­da­p­atkan pela­jaran ten­tang aga­ma Kris­ten. Yang meliputi isi dari per­jan­jian lama dan per­jan­jian baru, Bangsa Semit dan Israel, juga ten­tang Nabi Isa As. dalam sudut pan­dang aga­ma Kris­ten. Namun sayangnya tokoh Sophie Amund­send sendiri adalah tokoh fik­si yang dicip­takan ayah Hilde seba­gai bahan pem­be­la­jaran bagi putrinya. Hal itu terungkap dari adanya sudut pan­dang lain men­ge­nai Sophie, ia adalah Hilde Moller Knag yang di sisi lain mem­ba­ca ten­tang Sophie dan Albre­to. Keny­ataan bah­wa ia meru­pakan tokoh fik­si bagi Hilde juga didukung saat Sophie men­co­ba berin­ter­ak­si den­gan Hilde keti­ka ia berte­mu lang­sung den­gan­nya, tetapi Hilde sama sekali tidak mere­spon sapaan dari Sophie.

Pem­be­la­jaran Fil­safat antara Sophie dan Albre­to berakhir pada sebuah den­tu­man besar. Di mana Hilde sudah berte­mu den­gan ayah­nya yang bek­er­ja di PBB dan ayah­nya mencer­i­takan ten­tang sis­tem tata surya pada Hilde. Hal ini dap­at dise­but seba­gai teori big bang atau sebuah teori kos­molo­gi. Sang ayah juga men­je­laskan bah­wa nan­ti akan ada sebuah den­tu­man besar yang juga bisa dise­but bah­wa alam raya terus mengem­bang dan hal itu sesuai den­gan apa yang Tuhan fir­mankan dalam Bibel.

Secara keselu­ruhan, nov­el karya Jostein Gaarder ini begi­tu menarik untuk diba­ca dan dipela­jari. Meskipun pada awal ceri­ta ter­li­hat begi­tu mem­bosankan, tapi cara penulis dalam menuliskan isi ceri­ta di bab selan­jut­nya mem­bu­at mam­pu memikat pem­ba­ca untuk mem­pela­jarnya lebih dalam. Selain itu, nov­el ini juga men­can­tumkan mak­na-mak­na baru yang dap­at diper­oleh dari seti­ap isi pem­be­la­jaran Fil­safat­nya. Melalui nov­el ini, pem­ba­ca juga dia­jak untuk bernalar dalam men­jawab per­tanyaan-per­tanyaan filosofis yang dia­jukan oleh Albre­to kepa­da Sophie.

Sete­lah mem­ba­ca dan mema­ha­mi isi dari nov­el ini, ten­tun­ya akan mem­bu­at kita seba­gai pem­ba­ca memi­li­ki pan­dan­gan yang berbe­da dan lebih ter­bu­ka men­ge­nai dunia. Bukan hanya men­ga­jak berpikir secara rasion­al, penulis juga men­ga­jak kita untuk meli­hat segala sesu­atu dari sisi yang berbe­da. Buku den­gan balu­tan fik­sion­al­i­tas yang berisikan pem­be­la­jaran Fil­safat ini layak diba­ca oleh semua kalan­gan, khusus­nya bagi mere­ka yang ingin mema­su­ki hutan rim­bun penuh mak­na berna­ma Filsafat.

Penulis: Lulu
Edi­tor: Vidya