GUS­DURi­an Bonorowo men­gadakan non­ton bareng (nobar) sekali­gus diskusi film doku­menter “Pes­ta Oli­gar­ki” pada hari Rabu, 30 Okto­ber 2024. Dilan­sir dari Kumparan, film doku­menter yang dirilis oleh Watch­doc berdurasi 53:46 menit terse­but berisikan kri­tik ter­hadap pemer­in­ta­han dan reflek­si anca­man oli­gar­ki poli­tik di Indone­sia saat ini. Kegiatan nobar ini men­gun­dang teman-teman organ­isasi maha­siswa intra kam­pus, organ­isasi maha­siswa ekstra kam­pus, tokoh lin­tas aga­ma, dan pegiat komu­ni­tas lingkun­gan. Loka Kopi Alter­na­tive Space men­ja­di sak­si tem­pat dalam nobar dan diskusi film kali ini.

Ket­ua Pelak­sana Kelvin, men­erangkan meskipun pemilu telah usai namun masih ada taha­pan dalam pilka­da. Hal ini yang melatar­be­lakan­gi adanya nobar dan diskusi den­gan tujuan mengumpulkan kere­sa­han demokrasi yang ter­ja­di saat ini, di mana masyarakat baik dari kalan­gan maha­siswa dan akademisi kam­pus pada umum­nya tidak menor­mal­isasi hal-hal yang diper­bu­at oleh elit poli­tik. Kelvin juga menginginkan forum ini untuk men­gaw­al kebi­jakan-kebi­jakan pemer­in­ta­han ke depan.

…sehing­ga forum ini ingin­nya kita menyadari akan hal itu, kemu­di­an lebih intens lagi untuk men­gaw­al berba­gai kebi­jakan pemer­in­ta­han ke depan”, ungkap Kelvin.

Dalam sesi diskusi yang dimod­er­a­tori oleh Alfin Sai­ful­lah, peser­ta ter­li­hat aktif menang­gapi dan bertanya kepa­da pema­teri. Fikri, seba­gai maha­siswa yang turut ser­ta dalam nobar dan diskusi film ini men­je­laskan alasan­nya mengiku­ti kegiatan ini berpikir akan per­lun­ya bela­jar per­i­hal politik.

Alasan mengiku­ti kegiatan nobar kare­na per­lu bela­jar dalam seg­men yang diba­has uta­manya dalam per­i­hal poli­tik dan top­ik yang diangkat juga cukup menarik den­gan pema­teri yang mem­pun­yai basic keil­muan dalam hal terse­but”, ucap Fikri.

Sesi diskusi juga cukup meman­tik Fil­la, salah satu peser­ta nobar dan diskusi film terse­but, yang meny­ing­gung isu kedaer­a­han. Fil­la men­gungkap­kan alasan datang ke sini untuk menyam­bung rasa kemanu­si­aan ter­hadap masyarakat Banyuwan­gi yang terke­na kasus agraria.

Saya ingin menyam­bungkan rasa kemanu­si­aan ter­hadap saudara-saudara kita yang ada di Banyuwan­gi terkait beber­a­pa kasus agraria. Di situ mere­ka juga ikut merasakan, walaupun tidak melak­sanakan lang­sung di sana, dari berba­gai sharingan ini semoga bisa merasakan hal yang sama yang dirasakan saudara-saudara kita yang terke­na dampak kasus agraria”, tuturnya

Suasana dalam diskusi malam itu begi­tu ramai, tidak hanya sebuah per­tanyaan dan jawa­ban yang sal­ing lem­par tangkap, melainkan puisi dari peser­ta lain juga ikut menghidup­kan suasana.

Dian Mein­ing­tias selaku pem­bicara dalam diskusi mere­spon bah­wasanya maha­siswa yang hadir kali ini cukup aktif. “Saya menangkap bah­wa per­tanyaan yang dihadirkan maupun tang­ga­pan yang mere­ka kelu­arkan, itu tidak hanya sesu­atu yang bera­da dalam tataran sesu­atu yang dan­gkal. Saya tadi juga berdiskusi dan menang­gapi mere­ka yang aktivis lingkun­gan hidup. Jadi ten­tu, basic aktivis ini sesu­atu yang memi­li­ki mar­wah tersendiri dalam kon­teks keak­ti­fan maupun intelek­tu­al”, pungkas­nya.

Kegiatan nobar dan diskusi Film Pes­ta Oli­gar­ki diakhiri den­gan sesi foto bersama. Kelvin berharap den­gan adanya kegiatan ini dap­at menum­buhkan kesadaran bersama dan tidak menor­mal­isasi sesu­atu yang telah dan akan dilakukan oleh elit politik.

 “Akhirnya kita pun­ya kesadaran bersama dan tidak menor­mal­isasi apa-apa yang telah dan akan dilakukan oleh elit poli­tik”, tut­up  Kelvin.

Penulis: Devi
Reporter: Devi, Aini, Elvi­ra, Fita
Edi­tor: Novinda