Libu­ran semes­ter gan­jil maha­siswa Fakul­tas Ekono­mi dan Bis­nis (FEBI) Uni­ver­si­tas Islam Negeri (UIN) Sayyid Ali Rah­mat­ul­lah (SATU) tahun ajaran 2024/2025 dibu­at resah den­gan adanya polemik pada Pemil­i­han Raya (PEMIRA) FEBI UIN SATU. Keca­catan Admin­is­trasi ser­ta fasil­i­tas yang kurang memadai mewar­nai PEMIRA FEBI tahun 2024 yang telah ram­pung pada Kamis (09/01) lalu.

Sete­lah pene­ta­pan calon Daf­tar Pemil­ih Tetap (DPT) dan pasan­gan calon (Paslon), Kru Dimen­si men­e­mukan fak­ta bah­wa pasan­gan calon ket­ua dan wak­il ket­ua Dewan Ekseku­tif Maha­siswa (DEMA) FEBI men­gala­mi cacat admin­is­trasi. Diku­tip dari postin­gan Insta­gram Perg­er­akan Maha­siswa Islam Indone­sia (PMII) Ray­on Pen­do­brak Muham­mad Yunus bah­wa calon ket­ua dan wak­il ket­ua DEMA FEBI menyan­dang jabatan seba­gai ket­ua organ­isasi lain.

Calon ket­ua DEMA terse­but adalah Muham­mad Nizarul Asror yang sedang men­ja­bat seba­gai Ket­ua Koor­di­na­tor Wilayah Bagian III Forum Nasion­al (For­nas) Maha­siswa Man­a­je­men Zakat & Wakaf (Maza­wa) peri­ode 2023–2024. Selain itu, Muham­mad Melvin, calon wak­il ket­ua DEMA pun men­gala­mi hal yang seru­pa. Ia baru saja men­ja­bat seba­gai Pres­i­den Nasion­al Ikatan Maha­siswa Per­bankan Syari­ah Indone­sia Peri­ode 2024–2026.

Berdasarkan data dari wawan­cara tat­ap muka bersama pasan­gan calon pada Kamis (09/01) dite­mukan bah­wa tidak ada Surat Kepu­tu­san (SK) di organ­isasi yang mere­ka iku­ti dan beber­a­pa keteran­gan lain. Muham­mad Nizarul Asror mem­beri pen­je­lasan bah­wa dalam kepen­gu­ru­san di For­nas Maza­wa, Ia men­ja­bat seba­gai koor­di­na­tor wilayah dan tugas­nya hanya mengko­or­dinir daer­ah yang men­ja­di tang­gung jawab­nya kemu­di­an mengkon­fir­masi kepa­da ket­ua umum For­nas Mazawa.

Di For­nas Maza­wa itu dip­impin satu pre­sid­i­um itu dari Pur­wok­er­to kemu­di­an bagian ini itu, Saya sendiri (Kor­wil, red.) tidak ada anggotanya, itu cuma seba­gai koor­di­na­tor. Nah, pemec­a­han bagian, biar aku mengko­or­dinir daer­ah sini, jadi bukan ket­ua. Kepen­gu­ruhan For­nas ini diben­tuk tahun kemarin terus aku dim­intai tolong untuk ini itu baru akhir tahun kemarin dan akhir tahun Itu nggak ada kete­ta­pan atau SK,” jelas Asror.

Muham­mad Melvin, calon wak­il ket­ua DEMA FEBI juga mem­beri keteran­gan bah­wa ia berani mencalonkan diri kare­na foto di postin­gan itu hanya doku­men­tasi sedan­gkan belum ada pelan­tikan kepen­gu­ru­san. Lalu tahun 2025, tepat nya satu tahun kepen­gu­ru­san tidak ada pro­gram ker­ja kare­na SK kelu­ar di akhir tahun 2025. Alhasil pelan­tikan akan dilak­sanakan sete­lah SK keluar.

Secara admin­is­trasi, di For­nas aku belum dikatakan seba­gai ket­ua, kare­na secara SK belum (kelu­ar, ed.) ada pelan­tikan­nya. Postin­gan ini cuman doku­men­tasi kare­na kemarin itu pemil­i­han secara anu (for­mal­i­tas, ed.) lah dikatakan belum res­mi. Keti­ka nan­ti aku ditabrakkan den­gan ini (For­nas, ed.) di DEMA (FEBI, ed.) ini, kan kalau DEMA kan cuman satu tahun nah keti­ka DEMA sele­sai baru SK (For­nas, ed.) aku sudah kelu­ar dan pelan­tikan juga pro­ker baru ter­lak­sana,” jelas Melvin.

Komisi Pemil­i­han Umum Maha­siswa (KPUM) FEBI seba­gai penye­leng­gara PEMIRA FEBI tahun ini ter­li­hat ran­cu pada admin­is­trasi organ­isas­inya. Kru Dimen­si men­e­mukan kesala­han yang ter­da­p­at di beri­ta acara, tepat­nya pada nomor Tap Majelis Per­musyawaratan Maha­siswa (MPM) 2024 yang tidak sesuai den­gan AD/ART MPM 2024. Kemu­di­an sete­lah kri­tik muncul, pihak KPUM FEBI lan­tas meng­gan­ti beri­ta tersebut.

Zue­gan­dara Ken, Ket­ua KPUM FEBI menyang­gah bah­wa ker­an­cuan ter­ja­di dikare­nakan adanya desakan dari Sen­at Maha­siswa (SEMA) FEBI untuk segera melakukan PEMIRA FEBI secara men­dadak dan teng­gat yang mepet. Maka Zue­gan­dara, selaku Ket­ua KPUM FEBI merasa bah­wa secara keselu­ruhan PEMIRA FEBI tahun ini kurang adanya persiapan.

Selain itu, suasana debat Paslon ter­bilang sepi kare­na hanya dihadiri 17 DPT dan 8 penon­ton live stream­ing di Insta­gram KPUM FEBI. Hal ini menim­bulkan kri­tik bah­wa penye­leng­garaan PEMIRA FEBI yang diadakan pada saat libu­ran semes­ter dirasa kurang efektif.

Menu­rut saya, PEMIRA (FEBI, ed.) pada wak­tu libu­ran itu kurang efek­tif seben­ernya, soal­nya kan ada (DPT, ed.) yang pulang kam­pung juga,” ungkap Sara Aisyah, Maha­siswa Akun­tan­si Syari­ah UIN SATU.

Tidak berhen­ti di situ, Aisyah juga menyayangkan tek­nis debat yang secara tiba-tiba digan­ti den­gan tidak mem­per­bolehkan sang­ga­han. Menu­rut­nya, hal itu mem­beri kesan seo­lah dibatasi dan tidak diper­bolehkan men­gelu­arkan pen­da­p­at secara keseluruhan

Sebe­narnya  kalau seper­ti itu (tidak boleh menyang­gah, ed.) kaya men­gu­ran­gi pen­da­p­at kita (DPT, ed.), kayak kita itu ingin menyela gitu men­gelu­arkan pen­da­p­at ingin mengkri­tisi tapi ya kita kan tetap mengiku­ti per­at­u­ran dari pani­tia ya tapi ya cukup dis­ayangkan,” keluh Aisyah.

Zae­gan­dara, Ket­ua KPUM FEBI mem­berikan klar­i­fikasinya men­ge­nai per­masala­han terse­but. Menu­rut­nya hal ini murni kesala­han mod­er­a­tor. Namun Kru Dimen­si tidak men­e­mukan pem­be­na­han dari pani­tia pada saat kejadian.

Pada pemu­ng­utan suara, Kru Dimen­si kem­bali mewawan­car­ai DPT yang hadir. Mere­ka men­geluhkan kurangnya sejum­lah fasil­i­tas dan kerama­han pani­tia di pemu­ng­utan suara.

Kalau kesan­nya (pemu­ng­utan suara, ed.) lumayan sih kak tapi di biliknya itu ga ada spon­snya, jadi harus di kar­dus bilik itu loh, Kak. Kok jalan menu­ju lift ditut­up, ga bisa lewat lift aja. Turun­nya kan jadi lewat tang­ga juga. Kalau yang dulu itu kayaknya pulange lewat lift,” terang Maha­siswa Pari­wisa­ta Syari­ah yang tidak ingin dise­butkan namanya.

Petu­gas di bagian depan diang­gap kurang ramah. Selain itu, tan­da untuk daf­tar hadir sak­si juga dini­lai kurang lengkap. Diband­ingkan den­gan tahun sebelum­nya, tahun lalu petu­gas­nya lebih ramah, suasananya lebih menye­nangkan, dan pen­gun­jung merasa tidak bosan di tem­pat terse­but. Namun, saat ini mere­ka merasa bin­gung, cang­gung, dan tidak nya­man, sehing­ga ingin segera per­gi. Mere­ka juga menye­butkan bah­wa tan­da untuk daf­tar hadir sak­si kurang jelas, yang mem­bu­at pen­gun­jung merasa bin­gung, dan petu­gas di bagian terse­but diang­gap kurang ramah.

Di wawan­cara yang lain, Ket­ua KPUM FEBI men­je­laskan bah­wa untuk tatakan pen­coblosan meng­gu­nakan kar­dus sudah cukup.

Penulis: Ama­ra Laila
Reporter: Sifana Sofia & Ama­ra Laila
Redak­tur: Wahyu Kum­bara
Edi­tor: Devi