(06/09/2023) GUSDURian Bonorowo Tulungagung menyelenggarakan acara Gusdur Memorial Lecture dengan mengusung tema ‘Gusdur dan Gagasan Kebudayaan’ di Aula Gedung Arief Mustaqiem UIN SATU Tulungagung. Kegiatan ini diikuti kurang lebih 500 peserta yang terdiri dari 250 tamu undangan dan sisanya peserta registrasi online.
Acara Gusdur Memorial Lecture merupakan bagian dari peringatan harlah Gus Dur yang dilaksanakan oleh Jaringan Gusdurian dan bekerja sama dengan berbagai kampus salah satunya UIN SATU. Jay Achmad selaku Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan GUSDURian menjelaskan bahwa hadirnya kegiatan ini adalah bentuk upaya untuk membangun inspirasi dan semangat pemikiran Gus Dur di ranah akademik.
“..kegiatan yang seperti ini hadir di kampus sebagai upaya untuk membangun inspirasi, semangat pemikiran Gus Dur gerak di akademik. Jadi tidak hanya di luar kampus gagasan beredar dan bergerak, tetapi bagaimana gagasan Gus Dur ini terus diperbarui, dan digerakkan dalam lingkungan akademik.” Jelas Jay.
Rangkaian kegiatan diawali dengan pembukaan dan menyanyikan lagu Indonesia raya yang kemudian dilanjutkan dengan doa lintas iman yang diwakili dari agama Katolik, Hindu, Buddha, Kristen, Penghayat, dan Islam. Sesi berdoa bersama lintas iman ini merupakan tradisi yang dilakukan setiap kegiatan GUSDURian.
“Kita mentradisikan doa lintas iman tidak sekedar artifisial, tetapi bagaimana gerakan yang dibangun oleh teman-teman GUSDURian itu juga ada ruh spiritualitas gerakan yang dicontohkan oleh Gus Dur. Gus Dur tidak pernah meninggalkan agama dalam gerakannya, justru mendorong agama sebagai salah satu faktor bahan dalam Gerakan” Ungkap Jay Achmad.
Memasuki acara intinya, Inaya Wahid menyampaikan pembahasan mengenai gagasan Gusdur. Salah satu poin yang dibicarakan adalah mengenai pembahasan identitas.
“Saat ini kita terjebak oleh indentitas dengan isu-isu yang sifatnya sentimental, gimik identitas, dan krisis identitas. Sekarang saatnya kita menyadari identitas kita adalah bagian dari komunitas dan bukan dibalik.” Jelas Inaya.
Dirinya turut mengungkapkan bahwa saat ini nafas yang dibawa adalah nafas komunitas yang kemudian digunakan sebagai penanda identitas dan bukanlah sebaliknya. Kemudian ia mengajak audiens untuk melakukan apa yang dilakukan Gus Dur, yakni mengembalikan nafas identitas menjadi nafas komunitas bersama.
Selain itu Inaya menamai pembicaraan yang ia sampaikan sebagai ‘Demokrasi Pulang Kampung’ dimaksud demikian karena menurutnya sudah saatnya kita (red. Audiens) untuk pulang kampung dan mengenali lagi identitas – mengenali kebutuhan lokal komunitas.
Setelah pemaparan mengenai Gusdur dan Gagasan Kebudayaan dari Inaya Wahid usai, Gusdur Memorial Lecture kemudian ditutup dengan penandatanganan untuk peresmian Monumen KH. Abdurrahman Wahid oleh Inaya Wahid.
Penulis: Ana
Reporter: Ana
Editor: Vidya