Nampak, kaki-kaki kecil melukis jejak pada butiran-butiran kristal putih pasir.
Meluap panas pada suhu sejengkal tangan di atas tudung
Menampik sengatnya, merekah merah pada wajah ibu pertiwi
Mengayunkan rona senja, di setiap helai daun-daun yang gugur
Menulis bahwa “Aku Bangga Menjadi Indonesia”,
Pada guratan-guratan kuning urat tangkai yang enggan untuk rapuh, apalagi patah
Selagi elok senja tiba menerangi bumi Tuhan di tapal batas
Membentuk bayang cekungan tawa-tawa polos di ujung negeri
Bertelanjang kaki, menampik dinginnya malam dengan goresan gelak tawa bibit-bibit negeri
Menyapa tangan-tangan penuh harap akan ada cahaya di ujung negeri
Menerangi malam, menghapus lentera buram pandangan
Merajut indah elok negeri oleh gurata-guratan bintang
Meraup ilmu dalam merangkai mimpi
Mengubah kelamnya perbatasan dengan pancaran sinar harapan
Merangkul mimpi si kriting di ujung negeri
penyuka sastra, traveling, berkhayal, penggemar puisi Aan Mansur (Tidak Ada New York Hari Ini).