Selem­but kapas, ter­gugu tak bisa disimpan

Teringat ayat Gusti, takut seten­gah mati

Getir, mem­beku selarut napas yang sebatas sisa

Per­jan­jian mana?

Apakah sudah terlampaui?

Aku di seberang lau­tan duka

Mem­bawa angin kejut, ker­a­puhan menjelma

Pada Sang Esa diminta

Perkara apa? sera­mai air mata

Pedulilah

Sayang hanyalah sayang

Sak­it hanyalah sakit

Baha­gia hanyalah bahagia

Luka hanyalah luka

Sedih, tangis, lara

Biasa ada di sini

Men­ga­pa jadi berbeda?

Kare­na burung tak bisa terbang

Kare­na ikan ter­je­gal karang

Kare­na air teru­ap habis

Kare­na ayam tak lagi mengais

Kare­na aku tak bisa apa-apa

Kare­na ramai, menyunyikanku

Kare­na hin­gar, tak mem­bawa bahagiaku

Ter­i­malah,

Sepa­n­dang jalan men­ga­ju luka

Seli­hai duri tersimpan

Ter­tusuk akal pikir

Aku gila

Aku gila

Aku gila

Ah, Gusti

Terny­a­ta hidup sep­a­hit ini

Penulis meru­pakan Maha­siswa Ilmu al-Quran dan Tafsir UIN Sayyid Ali Rahmatullah

Penulis: Maila K. A
Redak­tur: Natasya