Setiap awal penerimaan mahasiswa baru kampus-kampus tentu akan mengadakan pengenalan akademik atau yang dahulu disebut orientasi pengenalan akademik (Opak). Begitu juga dengan IAIN Tulungagung, juga melakukan Penerimaan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK). Hajat besar ini akan dilaksanakan pada tanggal 14 sampai 17 Agustus 2017. Rincian 14–15 Agustus untuk PBAK Institut dan 16–17 Agustus untuk PBAK Fakultas.
Sekitar empat ribuan mahasiswa baru (maba) diperkirakan akan memenuhi halaman kampus. Pelaksanaan PBAK ini mengharuskan maba memakai atribut yang telah ditentukan panitia. Sebenarnya atribut ini merupakan klise yang berulang setiap tahunnya. Atribut ini terdiri caping, bendera merah putih yang dipasang pada bambu kuning, kartu pengenal, dan kalung rangkaiannya terdiri dari bawang merah, bawang putih, beras, kacang hijau, jagung, ketumbar dan kemiri.
Hampir semua masyarakat sekitar kampus tahu atribut apa yang akan digunakan oleh maba. Sehingga pengadaan atributpun menjadi lahan basah untuk dijadikan peluang bisnis. Banyak kios-kios yang berada di sekitar kampus yang menjual atribut PBAK ini, sehingga tidak menyulitkan maba. Tidak hanya dari masyarakat sekitar kampus saja yang menyediakan atribut ini, bahkan mahasiswa pun turut berjualan.
Panitia PBAK mengemukakan kesulitan dalam menginformasikan beberapa perbedaan atribut PBAK tahun ini. Sehingga panitia mengambil inisiatif untuk bekerja sama dengan Kacamata Tulungagung untuk ikut menginformasikan atribut tersebut. Kacamata Tulungagung kemudian memposting atribut PBAK tersebut di Instagramnya yang kemudian mendapat banyak komentar dari pengguna Instagram. Dalam endorse tersebut ada beberapa perbedaan atribut tahun ini dengan tahun sebelumnya, misalnya dalam caping yang sekarang diberi warna merah dan putih. Selain itu kartu tanda pengenal memiliki bentuk perisai.
Pemilik akun @huda.mubadiin meninggalkan komentar, “Haruskah bentuk id card.e mewakili lembaga tertentu seperti itu?”, selain itu akun @dwicahyo71 juga memberi komentar, “Gendero kuning (Bendera Kuning, Red)”, dan akun @miraidr_ berkata, “Gendero (Bendera, Red). Ada pula beberapa akun yang memberi komentar tentang keseluruhan atribut PBAK. Seperti akun @tiarawuri, “Kok masih ada yang kayak gini?”, lalu akun @ laila_niha yang berkata “Kok sek usum yo min ge atribut ngono kui (Kok masih ada atribut yang seperti itu?, Red). Bahkan pemilik akun @herdahari mengatakan, “Kayak,e teko Kemendikbud jaman e Pak Anies wis gak oleh gae atribut ngunu iku .…tapi yo mbuh lak teko Kemenag di oleh i :), (Kayaknya dari Kemendikbud pada zaman Pak Anies sudah tidak boleh pakai atribut seperti itu, tapi ya tidak tahu kalau dari Kemenag diperbolehkan, Red).
Ada lagi yang memberi komentar sekaligus harapan seperti akun @ricoandhika17, “Gunane nggae konokan iku opo min? Kok malah gak diajari gae pakaian seng rapi kok malah dikongkon nggae kalung bumbon. Enek folosofi ndek pendidikane ndak min? Kok ya pancet ae. Wkwkwk ojo sampek enek mahasiswa seng nduwe pikiran kui di kiro cyber bullying. Aamiin (Gunanya itu apa min? Kok tidak diajari pakai pakaian yang rapi kok malah disuruh pakai kalung dari bumbu dapur. Ada filosofinya tidak min? Kok ya tetap saja. Wkwkwk jangan sampai ada mahasiswa yang punya pikiran kalau ini nanti dikira cyber bullying. Aaamiinn. Red). Akun @vindariva juga meninggalkan komentar, “Min jare saiki gae ngonoan kui wes raoleh to min (Min katanya sekarang pakai begituan itu sudah tidak boleh kan min, Red).
Ismail selaku Presiden Mahasiswa Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) IAIN Tulungagung memberikan penjelasannya untuk menanggapi hal ini. Jawaban diberikan Ismail melalui pesan Whatsapp kurang lebih begini isinya, “Jadi gini mbak untuk itu sebenarnya teman-teman menyiasati orang-orang yang tidak bertanggungjawab yang telah membuat grup (Whatsapp) maba yang jumlahnya ada empat. Ospek 1,2,3,4 yang di situ sudah memberikan info yang menyesatkan maba. Di mana grup itu memberikan info atribut yang asal-asalan, padahal teman-teman (panitia) belum memutuskan atribut apa yang dipakai untuk maba.”
Lebih lanjut Ismail menjelaskan, “Jadi grup ospek yang ada empat itu membuat atribut khususnya kartu pengenal berbentuk persegi panjang. Dan akhirnya (panitia) memutuskan bentuk kartu pengenal berbentuk perisai agar grup ospek itu tidak bisa memberikan informasi yang hoax lagi. Selain itu ketika ditanya mengenai alasan kenapa panitia memilih bentuk perisai Ismail menjelaskan bahwa itu memiliki filosofi untuk mempertahankan NKRI. “Bentuk perisai itu filosofinya pertahanan NKRI.”
Kemudian menanggapi komentar pengguna Instagram terkait bentuk perisai yang mirip logo organisasi ekstra (orek) tertentu Ismail memberikan keterangan. “kalau dari saya dan temen-temen sebenarnya tidak ada niatan untuk condong dari salah satu orek tertentu, dikarenakan bentuk perisai itu banyak dan yang di sosmed itu hanya salah satu contoh bentuk perisai. Mungkin orang yang memberikan kritik itu tahunya bentuk perisai hanyalah satu, padahal kan bentuk perisai itu banyak.” Tambahnya. Saat ditanyai lebih lanjut terkait kenapa atribut PBAK dari tahun ke tahun cenderung sama dan indikasi bullying Ismail tidak berkenan menjawabnya. Bahkan sampai berita ini diterbitkan, Hadi ketua pelaksana PBAK sekaligus menjabat ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah tidak bisa dimintai tanggapannya.
Manusia dan kerak-kerak bumi, sama bergeraknya. Hanya, manusia itu lebih absurd
Lah, nyatanya perisai yang ada di Garuda pancasila ya gk kyg gitu bentuknya.. .
Pener udung mesti lak pas..
Melihat dari sisi positifnya saja. Biarkan org lain berkata apa. Yg pntg niat dr si pelaksana itu apa. Soal baik dan buruk itu hal yg lumrah. Yg terlihat buruk blm tentu mengandung unsur buruk, begitupun sebaliknya.
Bila cenderung melihat org lain drpd diri sendiri terkadang timbul perasaan dlm hati mengenai org tsb, tp bila terlalu melihat diri sendiri terkadang hati menjadi kaku.
Fleksibel saja… Yg penting bkn bgmn cara kita melihat perlakuan org lain pd kita, melainkan bgmn cara kita melihat tujuan apa yg diberikan org lain terhadap kita..
#HidupMahasiswa
#HidupRakyat
Memang mayoritas organisasi internal mahasiswa IAIN Tulungagung hari-hari ini diduduki oleh kader-kader “kuning” itu. Bukan cuma organisasi internal mahasiswa sih, beberapa jabatan di birokrat kampus juga dikuasai. Jadi mirip-mirip miniatur pemerintahan nasional lah, tapi oposisinya ndak begitu memiliki kekuatan politik untuk mengimbangi. Sebenarnya ada sih kekuatan yang cukup besar tapi mereka netral, atau mungkin tidak paham perpolitikan dalam kampus, atau mungkin paham tapi nggak mau ikut campur. Dinamika.
Memang mayoritas organisasi internal mahasiswa IAIN Tulungagung hari-hari ini diduduki oleh kader-kader “kuning” itu. Bukan cuma organisasi internal mahasiswa sih, beberapa jabatan di birokrat kampus juga dikuasai. Jadi mirip-mirip miniatur pemerintahan nasional lah, tapi oposisinya ndak begitu memiliki kekuatan politik untuk mengimbangi. Sebenarnya ada sih kekuatan yang cukup besar tapi mereka netral, atau mungkin tidak paham perpolitikan dalam kampus, atau mungkin paham tapi nggak mau ngurusi.
Seluruh atribut itu untuk apa sih kok dikumpulkan min…??!!!!!!!