Di sini, di jembatan yang mencekam
Harapan tumbuh meski samar
Meski badai mengguncang jiwa
Dan gelap malam menutup cahaya
Di bawah langit Semanggi yang kelabu
Rintih mahasiswa menyatu dalam satu suara
Mereka berdiri tegak penuh tekad
Walau bayang peluru mengintai di segala penjuru
Mereka peduli, apa salahnya wahai Negeri?
Ketika suara di bungkam rapat, kebenaran dihancurkan oleh senjata besi
Ketika penanggung kerusuhan mesra dengan penguasa
Keputusan diambil tanpa tanya sepatah kata
Di jembatan ini, mayat terbaring tanpa wasiat
Tanpa suara, tanpa tanda, tanpa ingin
Ibu menangis diam, ayah bertanya membeku
Sementara dunia penuh kebencian yang tumbuh liar
Kematiannya hanya tirai, bukan akhir perjuangan
Darah yang menetes bagai tinta keberanian
Ingatlah pada nyala api keberaniannya itu
Yang terus membakar di tengah dinginnya kemanusiaan
Semanggi menyimpan luka di jantung rakyat
Kenangan akan terus membara membakar nyata
Sampai tiba di mana suara bisu akan kembali lantang
Menggema di langit semanggi, tak berteriak lagi
Penulis: Anida
Editor: Novinda