Aku kira:
Begini­lah jadi nan­ti­nya
Kau kaw­in, beranak dan berba­ha­gia
Sedang aku mengem­bara seru­pa Ahasveros.

Diku­tuk dis­umpahi Eros
Aku merangka­ki dind­ing buta
Tak satu juga pin­tu ter­bu­ka.

Jadi baik juga kita pada­mi
Ung­gu­nan api ini
Kare­na kau tidak ‘kan apa-apa
Aku ter­pang­gang ting­gal rang­ka.

Charir­il Anwar, Feb­ru­ari 1943

Dalam puisi “Tak Sepa­dan” karya Chair­il Anwar  ini san­gat menakjubkan. Kare­na dalam puisi ini menggam­barkan ten­tang cura­han hati seo­rang tokoh “aku” yang sedang meng­hadapi keru­mi­tan dalam masalah percin­taan. Puisi karya binatang jalang ini mencer­i­takan tokoh “aku” yang mem­perki­rakan takdir yang akan datang antara ia den­gan sese­o­rang yang dihadapinya. Si “aku” mem­perki­rakan segala kemu­ngk­i­nan yang ter­ja­di pada tokoh “kau” ter­tuang dalam kali­mat “begini­lah jadi nan­ti­nya”. Diiku­ti den­gan baris-baris selan­jut­nya yang men­je­laskan war­na rasa tokoh “aku”. Tokoh “aku” men­gala­mi pen­der­i­taan batin yang berkepan­jan­gan den­gan men­gibaratkan diri seba­gai Ahasveros.

Tokoh aku ditim­pa kepu­tusasaan tak bertepi dalam suatu per­juan­gan. Sam­pai tokoh “aku”menuangkan sumpah ser­a­pah­nya pada dewa naf­su kare­na telah mener­i­ma kutukan dalam percin­taan. Tokoh “aku” men­ja­di pesak­i­tan pada­hal apa­bi­la dil­i­hat secara jas­mani baik-baik saja. Namun, jiwanya kehi­lan­gan arah, men­gala­mi kebu­taan dalam hidup kare­na merasa gagal men­e­mukan jalan keluar. 

Dalam kepu­tu­san­nya, “aku”  memil­ih menyu­dahi hubun­gan­nya, kare­na merasa tak sejalan den­gan pasan­gan­nya. Tokoh “aku” men­gala­mi kehan­cu­ran yang ter­tulis dalam kali­mat “aku ter­pang­gang ting­gal rang­ka. Kele­la­han atas semua per­juan­gan­nya sudah mem­bakar seman­gat dan jiwanya hing­ga ia dihing­gapi rasa putus asa. Kepu­tusasaan ini yang mem­bu­at hidup­nya tak berar­ti apa-apa lagi.

Chair­il anwar dalam pusinya yang berjudul “Tak Sepa­dan” meng­gu­nakan majas per­bandin­gan. Dia juga men­gu­nakan tokoh asing, yaitu Ahasveros dan Eros yang mana mem­pun­yai mak­na ser­ta gairah tersendiri. Puisi “Tak Sepa­dan” meng­gnakan bahasa yang seder­hana sehing­ga mudah dipa­ha­mi oleh semua kalan­gan pembaca.