Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Tulungagung digeruduk sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam berbagai organisasi pada Rabu (13/4). Dalam aksi ini mereka menolak kenaikan haraga BBM, kenaikan bahan pokok, problem agraria, hingga penundaan pemilu 2024. Mereka terbagi dalam dua sesi unjuk rasa, sesi pertama aksi dilakukan oleh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dan kemudian disusul oleh aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se- Tulungagung.
Sekitar pukul 13.00 WIB HMI mulai berorasi di depan gedung DPRD, dan sempat berada pada keadaan riskan saat para demonstran mulai mencoba merangsek masuk ke dalam gedung dengan menerobos kawat berduri. Pukul 14.13 WIB masa dari aliansi BEM se- Tulungagung tiba di halaman kantor Pemerintah Daerah (PEMDA) Tulungagung bersamaan dengan berakhirnya aksi dari HMI lalu bergerak untuk longmarch menuju kantor DPRD.
Aliansi yang mengatasnamakan BEM se- Tulungagung ini rupanya tidak di ikuti oleh keseluruhan BEM yang berada di Tulungagung. Perwakilan BEM yang terllihat hanya berasal dari BEM Universitas Tulungagung (UNITA), dan Sekolah Tinggi Agama Islam Diponegoro (STAI DIPO). Muzaki Al Mahbub selaku koordinator aksi menjelaskan, ketidak hadiran BEM dari kampus lain karena adanya kegiatan yang tak dapat ditunda.
“Kemarin waktu kita konsolidasi bersama teman-teman mahasiswa, teman-teman kampus sebelah, karena kampusnya kita yang negeri sendiri, jadi mereka kegiatannya beda dari kita. Jadi dari mereka sedikit yang datang karena ada kegiatan yang tidak bisa ditunda oleh teman- teman mahasiswa di kampusnya masing-masing,” tegas Muzaki.
Peserta aksi kali ini juga di ikuti oleh organisasi mahasiswa ekstra kampus (ormek) dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Ikatan Mahasiswa Muhamadiyah (IMM) yang include dalam seruan aksi aliansi mahasiswa se- Tulungagung. Mereka turut hadir atas undangan Dewan Eksekutif Mahasiswa Uiniversitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah (UIN SATU), “kemarin ada komunikasi dari dema ke ormek, akhirnya menggelar aksi bersama gitu,” tutur Basyaruddin Zainun selaku koordinator PMII Jalaluddin Rumi. Hal senada juga diungkapan oleh mahasiswa IMM, “hari senin (11/4) itu sudah ada pembicaraan akan aksi, terus tadi malam juga dapat undangan dari BEM untuk konsolidasi,” jelas Norlin Suyatmi perwakilan dari IMM.
Pada aksi kemarin terlihat belasan polisi dan polwan (polisi wanita) bersiaga dibalik kawat berduri dan pagar pembatas gedung DPRD. Orasi perlawanan dari para demonstran terus disuarakan tanpa henti di depan gedung. Hingga sekitar dua puluh tujuh menit kemudian atau sekitar pukul 14.52 WIB, terlihat masa membakar ban bekas di ruas jalan depan gedung DPRD.
Aksi terus berlanjut sampai pada pukul 15.41 WIB ketua DPRD Tulungagung, Marsono selaku ketua DPRD Tulungagung keluar untuk menemui mahasiswa. Ia menerima dan mendukung gerakan yang dilakukan mahasiswa kali ini. Ia juga menegaskan bahwa akan mengawal tuntutan yang dilayangkan mahasiswa. “Kami mendukung mahasiswa untuk terus menyuarakan pendapat. Suarakan dan kami akan kawal. Kami bersedia untuk beraudiensi bersama,” ungkap Marsono. Selain itu pihaknya juga menambahkan akan menyampaikan seluruh aspirasi mahasiswa ke lembaga yang lebih tinggi yakni DPRD Jatim dan DPR Republik Indonesia.
Menanggapi aksi tersebut, Sulastri salah satu masyarakat yang juga berada di lokasi menguatarakan bahwa apa yang dilakukan oleh mahasiswa dapat diwajarkan, pasalnya mereka hanya menuntut perkara BBM naik, dan beberapa baranga yang juga naik. “Beh yo wes ngunukui no wajar no. Wong anu e mahasiswa i jaluk rakyat cilik perkoro BBM mundak, sembarang larang. Yo pener jane mahasiswa ngunukui,” tuturnya.
Aksi ditutup dengan penandatanganan enam poin tuntutan mahasiswa oleh ketua DPRD Tulungagung, Kapolres Tulungagung, KODIM 0867, dan Perwakilan Aliansi Mahasiswa Tulungagung. Selanjutnya mahasiswa kembali melakukan longmarch menuju titik kumpul di PEMDA dan kembali ke kampus masing-masing.
Penulis: Vidya
Reporter: Novi, Gea, Deva, Ervi
Editor: Nurul
Jarang tidur, tapi punya banyak mimpi. Let’s make equality bestie💫