Dewan Ekseku­tif Maha­siswa Uni­ver­si­tas (DEMA‑U) gelar acara Pen­ge­nalan Budaya Akademik Kam­pus Uni­ver­si­tas (PBAK‑U) pada tang­gal 21–22 Agus­tus 2024  Tahun 2024 ini PBAK dihadiri oleh  4.331 maha­siswa. Ada­pun tema besar yang diangkat ialah “Suara Maha­siswa Pelo­por Per­ad­a­ban Dunia”.

Dilan­sir dari kemenag.go.id, PBAK sendiri memi­li­ki fungsi untuk men­didik, mem­bimb­ing, dan men­garahkan peser­ta untuk men­ge­nali dan mema­ha­mi sis­tem pen­didikan di lingkun­gan Per­gu­ru­an Ting­gi Keaga­maan Islam (PTKI). Pun materi yang dis­ug­uhkan pada PBAK UIN SATU meliputi akademik dan kema­ha­siswaan, anti korup­si, tem­atik, mod­erasi beraga­ma dan kebangsaan, literasi.

Namun beber­a­pa peser­ta merasa bah­wa materi yang dis­am­paikan oleh pema­teri tidak sear­ah den­gan judul materi yang telah diten­tukan pani­tia. Yang mana dite­mukan adanya perbe­daan isi yang dipa­parkan oleh pema­teri ter­hadap kesesua­ian judul materi yang dap­at menim­bulkan peng­giringan opi­ni oleh pema­teri. Salah sat­un­ya men­ge­nai materi mod­erasi beragam yang mana pema­teri men­je­laskan kon­teks ten­tang meng­har­gai pen­da­p­at orang lain, namun beber­a­pa menit sete­lah­nya pema­teri men­erangkan bah­wa jika meng­gu­nakan atribut aga­ma ter­ten­tu den­gan tidak benar akan diang­gap salah.

Kan ngomon­gin ten­tang isu pask­i­bra kemarin nah terus dia kemarin ngomon­gin ten­tang masalah quraish shi­hab, pen­da­p­at­nya dia kan kalau mis­al­nya aurat kan ram­but nggak ter­ma­suk, terus katanya ya itu ter­ma­suk pendapat…tapi kena­pa dis­isi lain kalau kerudungnya nggak gini kalau ngga gini haram. Mak­sud­nya tu tadi dia bilang harus meng­har­gai pen­da­p­at mus­lim yang lain gitu lho, pen­da­p­at ula­ma yang lain ya tapi dia kok gitu (red),” ungkap salah satu maha­siswa baru dari Fakul­tas FUAD yang tidak mau dise­butkan namanya.

Per­soalan pema­teri PBAK‑U kali ini meru­pakan per­tim­ban­gan dan instruk­si dari rek­torat UIN SATU. Rio selaku ket­ua dema‑u menyi­ap­kan banyak opsi namun hanya beber­a­pa pema­teri yang kemu­di­an di-acc sesuai den­gan instruk­si dari rektor.

Jadi yang seti­daknya menyelek­si itu Pak Rek­tor dan itu yang dis­arankan. opsinya dema sebe­tul­nya kalau saya sebutkan semua lupa ya Mas ya ini poin-poinnya umum­nya aja Jadi yang jelas kita itu pen­gen yang datang itu tokoh-tokoh nasion­al gitu aja garis umum­nya. Tapi terny­a­ta gak semua tokoh nasion­al itu lolos selek­si kam­pus kita kare­na banyak yang gak boleh,” tutur Rio selaku ket­ua Dema U

Wira selaku ket­ua pelak­sana PBAK‑U menam­bahkan per­i­hal pema­teri. Ia men­je­laskan bah­wa pani­tia sudah menyi­ap­kan pema­teri, yang mana pema­teri terse­but sudah dite­tap­kan di awal namun pihak rek­torat merubahnya.

Terkait materi apa jum­lah pema­teri dari kitanya itu pingin­nya gini dari rek­torat ada kayak Penam­ba­han materi pas hari sebelum­nya PBAK mendekati. Jadi sekarang itu Juk­nis kan sem­i­ng­gu lah, sem­i­ng­gu sebelum PBAK,” imbuh Wira

Juklak/Juknis PBAK Tidak Tere­al­isasi Secara Sempurna

Petun­juk pelak­sanaan (Juk­lak) dan Petun­juk Tek­nis (Juk­nis) yang dise­bar­lu­askan oleh pani­tia di tujuh hari sebelum berlang­sungnya PBAK menim­bulkan beber­a­pa per­soalan didalam­nya. Mulai pem­bawaan tum­bler hing­ga jad­w­al sesi acara yang berubah ubah. Pem­bawaan tum­bler bertu­juan agar tidak ada sam­pah yang ter­ja­di saat berlang­sungnya kegiatan PBAK.  Namun, tetap ada sam­pah-sam­pah yang ditim­bulkan oleh peser­ta PBAK. Sam­pah terse­but tak lain adalah kemasan minu­man sekali pakai. Hal ini dise­babkan adanya peser­ta yang tidak tahu jika pani­tia sudah menye­di­akan galon air untuk isi ulang minu­man dalam tum­bler yang sudah habis, aki­bat­nya peser­ta mem­be­li minu­man kemasan sekali pakai dan men­uangkan­nya ke dalam tum­bler.

Kalau refill itu nggak tahu, jadi kita pesan sendiri (minu­man kemasan), jadi per­hari dikasih satu botol gitu….selain saya ada yang beli gin­ian (minu­man kemasan) terus dituang ke tum­bler gitu,” ucap Zau­fiq salah satu peser­ta PBAK‑U.

Menang­gapi hal ini, Rio selaku ket­ua Dema dan penang­gung jawab PBAK men­je­laskan bah­wa pani­tia sudah berusa­ha semak­si­mal mungkin dalam bertang­gung jawab soal sam­pah, dan pani­tia juga telah berko­or­di­nasi den­gan Office Boy (OB) atau pihak keber­si­han kam­pus dalam hal sampah.

Yang jelas den­gan banyaknya peser­ta itu benar benar dilu­ar kendali dari kita, dan sudah semak­si­mal dari kita. Dalam hal ini tetap ada opsi-opsi atau plan­ning-plan­ning yang di mana semi­sal ada sam­pah atau gimana, kita bertang­gung jawab yang ked­ua kita berko­or­di­nasi den­gan OB,” jelas Rio

Per­masala­han lain dalam Juklak/Juknis ini ialah adanya peruba­han run­down atau sesi acara. Di hari per­ta­ma PBAK‑U para peser­ta sudah memi­li­ki run­down ter­baru den­gan peruba­han ter­hadap beber­a­pa sesi materi. Peruba­han ini dise­babkan kare­na miss komu­nikasi antara pani­tia dan rek­torat yang men­gak­i­batkan sesi dalam run­down sem­pat mundur. Hal ini sesuai den­gan apa yang dicer­i­takan oleh Ris­ki selaku koor­di­na­tor teknis.

Jadi kemarin itu di rek­torat itu ada miss, ada miss terkait orang yang menghubun­gi pema­teri, di hari per­ta­ma itu ada pema­teri dari keme­nag RI yang itu request­nya dari rek­tor, tidak bisa digan­ti. Kare­na pema­terinya ter­lam­bat, akhirnya run­down-run­down sete­lah­nya itu mundur,” tutur Riski

Mepet­nya Infor­masi Dari Pani­tia Per­i­hal Kese­hatan dan Terop yang Tidak Merata

Infor­masi dadakan dari pani­tia PBAK yang diter­i­ma oleh KSR PMI (Korps Sukarela Palang Mer­ah Indone­sia) juga men­ja­di kendala dalam mem­berikan akses kese­hatan ter­hadap peser­ta PBAK. Pasal­nya, tim kese­hatan PBAK yang ter­dirikan oleh anggota KSR PMI UIN SATU telah mem­bu­at ran­can­gan penye­baran dan pem­ba­gian kelom­pok pen­ja­gaan jauh-jauh hari sebelum PBAK dim­u­lai, yang mana ran­can­gan terse­but meli­batkan selu­ruh anggota KSR PMI yang terny­a­ta di hari ke‑4 sebelum acara PBAK dim­u­lai pani­tia mem­ber­i­tahukan bah­wa hanya 25 anggota saja yang diper­bolehkan terlibat. 

Wira selaku ket­ua pelak­sana men­gatakan bah­wa kuo­ta yang dise­di­akan oleh pihak kam­pus hanya berjum­lah 25 saja, alhasil pem­ber­i­tahuan kepa­da tim kese­hatan PBAK terke­san men­dadak. Walaupun dari pihak pani­tia menginginkan sebanyak-banyaknya anggota KSR yang terlibat.

Kita sudah koor­di­nasi den­gan rek­torat, itu mintanya emang 25, kita aslinya ya mintanya emang sebanyak-banyaknya, KSR itu san­gat dibu­tuhkan banget dari pani­tia PBAK, kami dari pani­tia juga kaget terkait den­gan pem­ba­hasan jum­lah pani­tia itu, ter­lalu banyak akhirnya kami meny­o­dor­kan beber­a­pa jum­lah itu, dari pihak rek­torat itu mem­inta agar ada pen­gu­ran­gan pada hari itu juga, dan kete­mu lah KSR itu,” ucap Wira.

Tidak hanya itu, ten­da atau terop pada saat materi PBAK‑U juga men­gala­mi kendala. Dimana terop yang seharus­nya menu­tupi forum dan mem­bu­at para maba merasa nya­man saat menden­garkan materi tidak dap­at menam­pung selu­ruh maha­siswa baru.

Keluhan dari beber­a­pa maha­siswa baru men­ge­nai terop ini pun ter­lon­tar. “Terop­nya nggak men­cakup semuanya ya mas, kalau bisa ya semua yang mer­a­ta, kasi­han yang tidak dap­at, akhirnya kepanasan,” ujar Farah selaku salah satu maha­siswa baru.

Hal ini ter­ja­di dikare­nakan pihak rek­tor hanya menye­di­akan biaya seadanya, pada­hal dari pihak pani­tia sudah mem­perki­rakan semak­si­mal mungkin. Seper­ti yang dije­laskan Wira selaku ket­ua pelak­sana PBAK‑U 2024.

Terkait ben­tuk dari pen­danaan kan itu ter­gan­tung dari rek­torat jadi kita sudah men­gubah makan semak­si­mal mungkin agar maha­siswa itu nya­man saat PBAK mungkin terkait ada yang yang kelu­ar kayak gitu emang dari kita itu mem­perki­rakan ran­can­gan terop­nya ngak cukup tapi dari rek­torat itu dise­di­akan uku­ran­nya ya emang segi­tu,” imbuh­nya.

Pada hari ked­ua PBAK‑U diakhiri den­gan sim­u­lasi unjuk rasa oleh maba dan P/IP yang bertem­pat di lapan­gan uta­ma UIN SATU. Diisi den­gan kegiatan yang sesuai den­gan tema besar yaitu “Suara Maha­siswa Pelo­por Per­ad­a­ban Dunia”, Langgeng selaku koor­di­na­tor lapan­gan men­gatakan bah­wa penu­tu­pan PBAK‑U ini meru­pakan sim­u­lasi unjuk rasa oleh maha­siswa baru dan P/IP ter­hadap Kor­lap yang mana sudah di kon­sep oleh pani­tia pelak­sana PBAK‑U sedari FGD (Focus Dis­cus­sion Group). Hal ini bertu­juan agar men­tal maha­siswa dap­at ter­ben­tuk den­gan adanya mere­ka menyuarakan pendapat.

Mak­sud­nya kon­sep dari penu­tu­pan ada satu hal chaos, P/IP bersama maba memusuhi kor­lap, wak­tu FGD mem­ba­has isu, bukan materi yang telah dis­am­paikan. Tujuan­nya agar men­tal maha­siswa baru itu ter­ben­tuk, den­gan mere­ka menyuarakan pen­da­p­at,” terang Langgeng.


Penulis: Nizam
Reporter: Musto­fa, Nizam, Fahru
Edi­tor: Novinda