Guru memiliki peran yang begitu besar bagi peserta didik yakni pengajar, pelatih, pendidik, pemotivator, penasehat, pembimbing, peneliti, sekaligus aktor. Guru merupakan pendidik dan pengajar yang mendidik anak sedari pendidikan usia dini di sekolah, pendidikan dasar, hingga pendidikan menengah. Dalam bahasa Jawa, kata “guru” memiliki arti “digugu lan ditiru”. Digugu yang berarti guru yang setiap perkataannya dipercaya dan menjadi panutan. Sedangkan ditiru berarti baik ucapan dan perbuatannya yang kemudian menjadi teladan. Maka guru sebagai pengajar dan tugasnya yang mulia harus bersikap bijaksana karena apa yang diucapkan dan dilakukannya dianggap benar oleh peserta didik bahkan masyarakat. Di antara tugas guru yang terbilang mulia, maka untuk mengapresiasi peran guru diperingatilah Hari Guru. Mengingat tugas guru dalam melakukan pekerjaan dan pengabdian yang tinggi pada masyarakat.
Peringatan Hari Guru yang selalu diperingati pada tanggal 25 November ini dipenuhi oleh berbagai ucapan selamat dan kata-kata inspiratif. Sebelum itu, masyarakat Indonesia ramai oleh isi teks pidato Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim. Nadiem Makarim merupakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan baru yang dipilih oleh Presiden Joko Widodo, seorang CEO Gojek Indonesia yang didapuk menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI dalam kabinet Indonesia Maju. Teks pidato yang awalnya diunggah di situs web Kemendikbud pada Jumat, 22 November 2019 yang kemudian disampaikan dalam peringatan Hari Guru pada Senin, 25 November 2019.
Teks pidato singkat tersebut sempat menjadi perbincangan hangat, mendapat apresiasi sekaligus kritik terutama para guru. Sambutan pidato yang cukup menarik dan isi pidato yang logis, sistematis, dan tidak terlalu basa-basi namun langsung mengungkap isi.
Tugas berat bagi Nadiem yang diamanahkan oleh presiden di antaranya peningkatan kualitas pendidikan sumbrdaya manusia khususnya dalam menghadapi dunia kerja. Presiden juga menegaskan kemampuan anak-anak usia harus terus dibangun, sejak dari pendidikan usia dini dan pendidikan dasar.
Dalam teks pidato tersebut Nadiem menggelisahkan tugas guru yang mulia tapi juga tersulit. Menteri Pendidikan itu memberi saran perubahan proses belajar di dalam kelas yakni mengajak semua peserta didik di dalam kelas untuk berdiskusi, memberi kesempatan murid untuk mengajar di dalam kelas, dan menemukan bakat dalam diri murid yang kurang percaya diri. Pemerintah pun telah mempercayai guru untuk dibebantugaskan mencerdaskan peserta didik dan memajukan pendidikan.
Guru menjalankan tugasnya dengan penuh ketekunan dan kesabarannya begitu besar. Guru berharap agar ilmu yang disampaikan melalui sistem pembelajaran mudah dipahami oleh peserta didik. Meskipun pengajaran guru di Indonesia sudah sangat baik namun peringkat pendidikan Indonesia masih cukup rendah yakni menempati ke-43 di bawah India, Cina, dan Kenya pada data tahun 2016. Sedangkat di ASEAN, Indonesia menempati posisi ke tujuh pada tahun 2017. Dari hasil peringkat tersebut Indonesia masih tertinggal jauh dalam pendidikan, sehingga perlu perubahan dalam metode pembelajaran, dan tenaga pengajar yang kompeten.
Nadiem Makarim ketika menyampaikan pidatonya ingin mengurangi beban administrasi guru agar dapat mewujudkan proses belajar yang inovatif .Pun waktu yang digunakan tidak habis untuk pengerjaan administratif. Melainkan dapat digunakan untuk mendidik peserta didik seperti tertulis dalam pidatonya tersebut. Dalam hal ini banyak para guru yang menggelisahkan tuntutan untuk menyelesaikan administrasi seperti merancang model kerangka belajar yang menguras tenaga dan pikiran. Rumitnya administrasi tersebut memang menyulitkan para guru. Apalagi hasil pengerjaan administrasi terlalu rumit yang akan berdampak pada pencairan dana para guru.
Permasalahan lain yang begitu disinggung Nadiem yakni kurikulum. Ia menganggap pengaplikasian kurikulum begitu padat dan menutup pintu bagi kemampuan siswa untuk berkreasi dan berkolaborasi. Seperti isi pidato Nadiem yang disampaikannya, “Anda ingin setiap murid terinspirasi, tetapi Anda tidak diberi kepercayaan untuk berinovasi.” Lebih mengenaskan lagi peringkat literasi di Indonesia masih berada dalam posisi ke 60 atau dua dari bawah kalah dari Maroko, Tunisia, bahkan Thailand. Karena Indonesia juga cenderung menghafal entah disadari atau tidak. Peserta didik dituntut untuk menghafal ayat, dalil, dan materi pelajaran. Nadiem juga memiliki rencana untuk menyederhanakan beberapa kurikulum yang begitu padat melebihi porsi sehingga mustahil anak bisa memahami. Berbagai kebijakan di sektor pendidikan dalam lima tahun terakhir kerap meramaikan kontroversi di berbagai kalangan peserta didik maupun masyarakat. Diantaranya yakni isu penghapusan Ujian Nasional, penerapan full day school, sampai sistem zonasi pendidikan yang banyak dikritisi oleh beberapa pihak.
Adapun beberapa penghargaan guru untuk dedikasinya dalam memajukan dan mencerdaskan kehidupan bangsa yakni di antaranya: pertama, penghargaan dan imbalan atas jasa guru yang telah mengemban tugas dalam mendidik dan mengajar. Kedua, pengakuan atas jasa guru, bahwa guru diberi gelar sebagai pahlawan tanpa tanda jasa dalam mendobrak kebodohan. Wujud penghargaan itu bisa dengan menyanyikan lagu Himne Guru sebagai wujud penghargaan atas jasa-jasanya. Ketiga, kesejahteraan para guru, bahwa sertifikasi merupakan upaya dalam peningkatan mutu dan kesejahteraan guru. Dengan sertifikasi, kesejahteraan guru sudah cukup membaik walaupun harus menempuh persyaratan-persyaratan yang ditetapkan dan harus dilaksanakan.
Problem-problem yang ada ini harus dapat diselesaikan oleh siapapun menterinya. Selain itu juga diperlukan komitmen yang cukup besar untuk menjalankan amanah konstitusi demi kesejahteraan pendidikan, pemerataan pendidikan, kualitas pendidikan, dan pemenuhan anggaran. Dalam bentuk penghargaan atas dedikasi guru diharapkan perhatian pemerintah dapat ditingkatkan. Dukungan dari masyarakat juga tidak luput agar sebuah komitmen tercipta dan tidak hanya menjadi sebuah wacana.[]
“Orang bodoh tak kunjung pandai.”