28 Feb­ru­ari diperingati seba­gai Hari Gizi Nasion­al Indone­sia. Seper­ti yang kita tahu, gizi masih men­ja­di masalah besar di negara kita, Indone­sia. Lalu, bagaimanakah sebe­narnya keadaan gizi di Indone­sia saat ini?

Masalah men­ge­nai gizi ser­ing kali meny­erang anak usia di bawah lima tahun. Menu­rut UNICEF pada 2018, 1 dari 10 keku­ran­gan berat badan, seper­li­ma anak usia seko­lah dasar kelebi­han berat badan atau obe­si­tas, dan 3 dari 10 anak Indone­sia beru­sia dibawah lima tahun menderi­ta stunt­ing. Lalu, apa itu stunt­ing?

Mengutip dari laman indonesia.go.id, stunt­ing akrab dike­nal seba­gai gizi buruk atau kon­disi gagal tum­buh pada anak bali­ta aki­bat keku­ran­gan gizi kro­nis teruta­ma pada 1000 Hari Per­ta­ma Kehidu­pan (HPK). Stunt­ing mem­pen­garuhi per­tum­buhan dan perkem­ban­gan otak. Sehing­ga dap­at mem­per­bu­ruk keadaan anak saat anak tum­buh besar nanti.

Stunt­ing men­ja­di prob­lemati­ka terbe­sar di Indone­sia bahkan di dunia. Menu­rut Stu­di Sta­tus Gizi Bali­ta Indone­sia (SSGBI) tahun 2019, ter­da­p­at 6,3 juta atau sek­i­tar 27,67% bali­ta di Indone­sia men­gala­mi stunt­ing. Angka ini bera­da di atas ambang tol­er­an­si dari WHO yang hanya men­to­lerir sam­pai 20% atau seper­li­ma dari jum­lah anak di Indone­sia. Hal ini men­jadikan Indone­sia seba­gai negara den­gan angka stunt­ing terbe­sar nomor 4 di dunia den­gan mem­per­tim­bangkan banyaknya jum­lah pen­duduk di Indone­sia. Lan­tas, men­ga­pa angka stunt­ing di Indone­sia begi­tu tinggi?

Menu­rut Survei Demografi dan Kese­hatan 2017, 65,16% anak di Indone­sia hanya men­da­p­atkan air susu ibu (ASI) eksklusif rata-rata 3 bulan. Lalu, muncul lagi per­tanyaan baru, men­ga­pa anak di Indone­sia rata-rata hanya men­da­p­atkan ASI eksklusif hanya sela­ma 3 bulan saja?

Pada Undang-Undang (UU) Kete­na­gak­er­jaan Indone­sia Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 82 Ayat 1, peker­ja perem­puan hanya men­da­p­atkan kesem­patan untuk cuti sela­ma 3 bulan. Ini­lah yang menye­babkan ren­dah­nya angka rata-rata pem­ber­ian ASI eksklusif untuk anak yang baru lahir. Pada­hal salah satu upaya pence­ga­han stunt­ing adalah den­gan min­i­mal pem­ber­ian ASI eksklusif sela­ma 6 bulan. Bahkan di negara lain ada yang mem­berikan cuti melahirkan sela­ma satu tahun.

Selain itu, pemer­in­tah juga harus mengka­ji ulang UU terse­but. Seti­daknya, seku­rang-kurangnya cuti melahirkan diberikan sela­ma 6 bulan. Hal ini dimak­sud­kan agar gizi yang masuk dalam tubuh bayi itu tepat. Sehing­ga, angka anak yang men­gala­mi stunt­ing di Indone­sia dap­at berkurang.

Masalah stunt­ing memang men­ja­di masalah yang san­gat kru­sial. Kare­na hal ini juga menyangkut masa depan negara kita. Apala­gi kon­disi ini diper­bu­ruk den­gan muncul­nya wabah Covid-19. Pemer­in­tah san­gat per­lu men­gadakan sebuah pro­gram untuk menge­dukasi masyarakat kita ten­tang pent­ingnya pemenuhan gizi teruta­ma pada anak. Den­gan edukasi yang diberikan secara tepat, angka stunt­ing di Indone­sia pasti dap­at ditekan. Selain itu, negara kita akan bisa den­gan mudah kelu­ar dari per­masala­han ini. Den­gan anak-anak yang sehat, masa depan bangsa Indone­sia akan ikut mem­baik juga.

Penulis: Annisa’ Nur Lut­fia
Edi­tor: Ulum