By using our website, you agree to the use of our cookies.

Kategori: Sastra

Puisi

Travesti, Atas Nama Nilai 

Bilik ruang pen­gap kau tem­pati seba­gai penyangsi atas keti­dak­ber­dayaan jasad Memangku pra-angga­­pan manu­sia Mer­ingkuk men­cari mok­sa diri dari kungkung budaya atas sebatang nilai berna­ma moral Dalam cepak sang wak­tu kau dan aku men­jan­ji ketak­ber­hing­gaan keba­ha­giaan, kedukaan kecuku­pan Menge­cap diri…

Cerpen

Lari dari ‘Bajing’ 

Aku san­gat mem­ben­ci kebon­gan dan kepu­ra-puraan, kau tau?” ucap Apta kepa­da lela­ki di depan­nya. Lela­ki itu tak jadi men­em­pelkan bibirnya ke ping­gi­ran cangkir. Dile­takkan cangkir itu. Suara ben­tu­ran den­gan alas­nya tengge­lam dalam ger­am. Kopi hitam tumpah sedik­it. “Apa…

Cerpen

Kakus 

Sore itu den­gan raut muka temonyo Zul­fikar duduk mer­apetkan pung­gungnya di tepi­an meja ker­ja. Suasana tidak ter­lalu gelap, men­dung nyingkir alus meli­hat Zul­fikar murung. Sebelum­nya ia telah beru­cap pada kawan-kawan di sampingnya.

Cerpen

Dua Orang yang Lupa Mengenal 

Kaca pec­ah di jen­dela sana dan jen­dela sini. Pin­tu tetap terkun­ci rap­at. Udara anyir di dalam hanya bisa kelu­ar melalui jen­dela yang kaca-kacanya pec­ah itu. Semua penghu­ni rumah dalam keadaan tak ter­lalu baik, baik posisi maupun kese­hatan­nya. Dua…
Puisi

Surga Kelam 

Sem­bu­ran hitam men­ja­di mimpi buruk anak cucu kami Bukan lagi hijau ranau yang menye­limu­ti sela­put sayu mata Bau anyir dan pekat­nya tanah kelam seba­gai tan­da sejarah   Bera­­tus-ratus pene­duh kehidu­pan tengge­lam dalam kepekatan­nya Kehidu­pan bukan lagi bisa dikatakan hidup Rangka…

Cerpen

Cicak Buntung 

edung putih. Ser­ba putih dan ter­atur, rapi. Lan­tai mengk­i­lat, per­abot mewah, hala­man luas, licin. Seti­daknya itu yang kuli­hat dari balik jen­dela, yang nam­pak begi­tu indah. Aku mere­nung sendiri, meli­hat sek­i­tar yang men­jadikanku liyan. Uku­ran jen­dela tem­patku memelo­tot hampir…

Cerpen

Tumbal 

okan menumpahkan susu di samp­ing peti­lasan Mbah Sumede. Bibirnya komat-kamit lak­sana dukun. Dia berusa­ha mer­a­palkan mantra hafalan­nya sep­a­n­jang ming­gu. “Biarkan­lah saya menang,” katanya. “Jika pun benar, akan ada banyak sesem­ba­han Eyang.” Menden­gar per­mintaan­nya, Mawut mem­inc­ingkan matanya yang kebas sebelah.…